7 Startup yang Harus Gulung Tikar Saat Pandemi
Ilustrasi foto: Daria Nepriakhina ????????/Unsplash
Uzone.id - 2 tahun lebih masyarakat global harus menghadapi pandemi COVID-19, selama 2 tahun pula berbagai sektor terus memutar haluan untuk beradaptasi dengan new normal selama pandemi.
Berbagai sektor turut mendapat dampak dari pandemi, salah satu yang banyak terlihat adalah startup-startup internasional yang terpaksa pamit dari Indonesia, begitupun startup lokal yang harus gulung tikar akibat krisis di saat pandemi.Berikut adalah beberapa startup yang terpaksa undur diri akibat pandemi yang melanda.
Zomato
Situs pencarian restoran Zomato yang telah beroperasi di 11 negara harus pamit dari Indonesia. Pada 11 Oktober 2020 lalu, layanan Zomato Pro di Indonesia resmi dihentikan.
Dalam pernyataan kepada Uzone.id, Zomato memutuskan untuk menghentikan operasi lokal mereka di Indonesia.
Baca juga: Tentang Startup Lokal PHK Karyawan di Tengah Pemulihan Ekonomi
“Kami akan mengelola platform dari jarak jauh, dari India dan terus menawarkan layanan pencarian dan penemuan restoran. Kami juga melakukan segala upaya untuk mendukung tim lokal kami,” tulis juru bicara Zomato dalam pernyataan resminya.
Airy Rooms
Layanan inap Airy Rooms sempat booming di Indonesia beberapa tahun lalu, tapi akibat pandemi yang melanda, PT Airy Nest Indonesia alias Airy Rooms memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan operasionalnya, termasuk kemitraan dengan properti di Indonesia pada 31 Mei 2020 lalu.
Dalam pernyataan resmi CEO Airy Rooms Indonesia, Louis Alfonso Kodoatie mengatakan, “Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan banyak hal, termasuk kondisi pasar yang nyaris tumbang akibat pandemi Covid-19 serta tantangan ekonomi yang sangat berat. Tentunya kami sangat menyesal akan keputusan ini.”
Hooq
Startup penyedia konten Hooq juga jadi salah satu korban pandemi pada tahun 2020 lalu. Hooq Indonesia resmi mengucapkan pamit kepada para pengguna pada April 2020.
Menghadirkan konten lokal lawas seperti Warkop, film-film lokal, dan serial orisinil, Hooq yang memiliki 80 juta pengguna ini harus ditutup berdasarkan kebijakan bisnis dan ekonomi yang belakangan sedang terpengaruh oleh faktor eksternal.
Eatsy
Baru satu tahun kurang ekspansi di Indonesia, startup dining-app asal Singapura Eatsy harus pamit dari Indonesia pada Maret 2020.
Eatsy awalnya berencana untuk menggandeng ratusan restoran untuk meningkatkan pengalaman kuliner di Jakarta. Namun, akibat pandemi Covid-19, Eatsy harus menghentikan layanan dan operasionalnya di Indonesia.
OneWeb
Startup provider internet asal Inggris juga harus gulung tikar di saat pandemi karena kondisi saat itu membuat perusahaannya harus tutup peluang mendapat investasi baru.
Baca juga: Zenius PHK 200 Karyawan, Apa Alasannya?
OneWeb mengaku tak mendapat investasi tambahan dan telah mem-PHK besar-besaran karyawannya. Mereka juga mencari pihak yang ingin membeli perusahaan. OneWeb menyatakan kebangkrutannya pada 30 Maret 2021 waktu setempat.
Sorabel
Startup e-commerce lokal di bidang fashion, Sorabel, terpaksa menghentikan layanan operasional mereka pada 30 Juli 2020, kabarnya keputusan ini diambil karena Sorabel kehabisan modal dan kesulitan menggalang pendanaan baru di tengah pandemi.
Dalam surat yang ditujukan kepada karyawan, Sorabel mengatakan, “karena proses likuidasi yang ditempuh, hubungan kerja harus berakhir di tahap ini untuk semua orang tanpa terkecuali, tepatnya efektif di tanggal 30 Juli 2020.”
Stoqo
Startup yang menjual sembako secara online, Stoqo, harus menutup layanannya pada 22 April 2020. Sebelumnya, startup ini telah mengumpulkan semua karyawan yang mengabarkan penghentian operasional Stoqo.
Pada saat pertama kali didirikan, Stoqo mendapat banyak pendanaan dari Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk’s Hill Ventures. Startup ini juga pada awalnya memiliki sekitar 250 karyawan.