Autosave Password di Browser Aman atau Gak Sih?
-
Foto: Franck/Unsplash
Uzone.id -- Hidup di zaman serba internetan seperti sekarang pastinya akan terus memanfaatkan mesin peramban alias browser untuk mencari tahu sesuatu, mengecek informasi, hingga membuka akun di berbagai layanan digital. Sering rasanya ditawari ‘Autosave Password’, tapi sebenarnya kita harus bersikap bagaimana, ya?Browser seperti Google Chrome sering menyuguhkan opsi Autosave Password ketika pengguna akan mengakses berbagai akun, mulai dari email, media sosial, bahkan e-commerce. Antara ingin berterima kasih karena sudah berbaik hati ingin meringankan beban mengingat password kita sendiri, atau justru makin parno karena takut dibobol.
Menurut pengamat ICT Watch, Indriyatno Banyumurti, pada dasarnya fungsi Autosave Password ini memang ‘mulia’, agar pengguna tak perlu mengingat-ingat password lagi. Pertanyaannya, apakah perlu kita aktifkan?
Baca juga: Kominfo Panggil Direksi BRI Life Soal Bocornya Data 2 Juta Pelanggan
“Kita harus bertanya balik ke diri kita. Apakah komputer atau perangkat mobile yang kita pakai itu punya orang lain? Dipakai hanya untuk pribadi atau mungkin dipakai orang lain juga? Dari sini kita bisa menilai tingkat keamanannya,” ungkap pria yang akrab disapa Ibe itu pada diskusi virtual yang digelar Siberkreasi Kominfo dan Facebook, Rabu (28/7).
Ia melanjutkan, “kalau kita sudah yakin kalau gadget itu gak pernah dan gak akan pernah dipakai orang lain, bebas dari virus, malware, trojan, hingga mungkin dipasang firewall, silakan saja di-save. Fitur itu akan mempermudah kita.”
Namun, kebalikannya, jika pengguna tidak yakin mengenai keamanan dari perangkat yang dipakai untuk mengakses berbagai macam akun pribadi, Ibe menyarankan fitur Autosave Password tersebut tidak usah disetujui, alias tidak diaktifkan fungsinya.
Baca juga: Waspada Skema Phishing di Tengah Euforia Olimpiade 2020
“Balik lagi, jika masih ragu soal keamanan, saya sarankan lebih baik kita memanfaatkan layanan password manager untuk mengelola kata sandi kita. Namanya serangan siber, hal ini membuat kita jangan sampai menggunakan password yang sama untuk berbagai macam layanan,” imbuh Ibe.
Ia juga menekankan bahwa identitas digital adalah hal yang wajib dilindungi oleh si pemilik identitas. Sejatinya, menurut Ibe, memiliki data adalah sebuah tantangan. Dari sini, muncullah privasi, yang berarti hak dan kemampuan tiap orang untuk menentukan apakah data yang dapat mengidentifikasi kita akan dibagikan kepada pihak lain atau tidak.
“Data kita mahal, maka jangan diumbar di media sosial. Karena mahal, maka banyak yang mengincar. Penting bagi generasi kita untuk mengoptimalkan keamanan data,” tutupnya.
VIDEO: 5 Fitur Baru WhatsApp, Mana yang Paling Ditunggu?