Baterai BYD Seal Ditusuk Aman, Ditinggal Parkir Kok Ngebul

Uzone.id - BYD sebagai salah satu pemain besar di industri kendaraan listrik dunia, kerap membanggakan inovasi Blade Battery milik mereka sebagai salah satu sistem baterai paling aman di pasaran.
Bahkan dalam berbagai kesempatan, teknologi ini kerap dipamerkan sanggup bertahan dari berbagai skenario ekstrem, termasuk uji penusukan (nail penetration test), tanpa menyebabkan percikan api, asap, atau ledakan.
Namun, insiden terbaru di Palmerah, Jakarta Barat membuka ruang diskusi baru: seaman apa sebenarnya Blade Battery ketika dihadapkan pada kondisi dunia nyata?
Kejadian tersebut menimpa satu unit BYD Seal yang terparkir di garasi rumah di kawasan Palmerah, Jakarta Barat. Menurut laporan yang beredar, mobil sudah tidak digunakan selama tiga hari, dan tiba-tiba mengeluarkan asap dari bagian bawah bodi.
Meski tidak terjadi kobaran api besar, suara letupan sempat terdengar, dan pemilik rumah langsung menghubungi petugas pemadam kebakaran. Proses evakuasi dan pendinginan dilaporkan memakan waktu hingga tiga jam.
BYD Indonesia merespons cepat kabar tersebut dan menyebut bahwa kejadian itu hanya memunculkan asap ringan tanpa api yang terlihat. Mereka menyatakan telah mengirim tim teknis ke lokasi untuk melakukan investigasi lebih lanjut guna menentukan sumber masalah.
Sampai artikel ini ditulis, belum ada pernyataan resmi mengenai hasil pengecekan teknis di unit tersebut. Meski demikian, kejadian ini cukup menyita perhatian publik, karena bertentangan dengan persepsi umum bahwa Blade Battery tahan dari insiden semacam ini.
Blade Battery sendiri adalah sistem baterai berbasis lithium iron phosphate (LFP) yang dirancang BYD dengan struktur sel panjang dan pipih seperti bilah, tujuannya adalah meningkatkan efisiensi ruang dan memberikan ketahanan lebih baik terhadap tekanan fisik atau panas ekstrem.
Baterai ini diklaim lebih stabil secara termal dibanding jenis NCM (nickel-cobalt-manganese) yang biasa digunakan di banyak EV lain. Keunggulan lainnya termasuk siklus hidup panjang, bahkan diklaim lebih dari 5.000 kali charging cycle serta ketahanan terhadap suhu tinggi tanpa mengalami thermal runaway.
Fakta menarik lainnya, BYD dalam berbagai demonstrasi mengklaim bahwa Blade Battery tetap stabil bahkan ketika dibor, dipukul, atau ditabrak. Namun, insiden di Jakarta menegaskan bahwa faktor keselamatan baterai tidak hanya bergantung pada struktur sel-nya, melainkan juga sistem pendukung seperti Battery Management System (BMS), pendinginan, dan integrasi perangkat keras lainnya dalam kendaraan. Jika salah satu komponen tersebut gagal, potensi bahaya tetap bisa terjadi—meski sel baterainya sendiri tahan terhadap tekanan fisik.
BYD juga bukan tanpa catatan. Pada September 2024 lalu, perusahaan ini melakukan recall terhadap hampir 97.000 unit kendaraan listrik, termasuk model Dolphin dan Yuan Plus, karena masalah pada komponen kemudi yang berpotensi menyebabkan kebakaran. Meskipun kasus tersebut bukan terkait langsung dengan baterai, hal ini menunjukkan bahwa dalam sistem kendaraan listrik yang kompleks, risiko bisa datang dari banyak sisi.
Peristiwa di Jakarta juga mencuatkan kekhawatiran baru di kalangan pemilik EV soal bagaimana mobil listrik bereaksi saat diam dalam jangka waktu lama. Hal ini mengingat beberapa insiden baterai mobil listrik lain yang terjadi justru saat mobil diparkir, bukan saat dikendarai atau diisi ulang. Seperti yang dialami pemilik Tesla Model S yang terbakar sendiri di San Francisco pada 2021 lalu, yang dikutip dari ABCNews, Rabu (14/5).
Dari perspektif pengguna, kejadian ini menjadi pengingat penting bahwa meskipun teknologi EV makin maju, bukan berarti sepenuhnya bebas risiko. Proses parkir yang panjang, suhu ruangan, kelembaban, atau bahkan arus bocor dari sistem kelistrikan bisa menjadi pemicu gangguan pada sistem baterai jika tidak ditangani dengan pengamanan berlapis. BYD tentu wajib menjelaskan lebih lanjut soal apa yang terjadi di balik insiden Seal tersebut.
Di sisi lain, penting juga untuk tetap memandang teknologi Blade Battery secara utuh. Hingga saat ini, BYD masih menjadi salah satu produsen baterai dengan rekam jejak insiden terendah dibanding produsen besar lainnya. Blade Battery juga telah digunakan secara massal di berbagai model EV dan bus listrik.
Insiden baterai BYD Seal tentu telah memicu keraguan publik, terutama jika itu berkaitan dengan aspek keselamatan, dan saat ini demo menusuk baterai dengan paku saja tidaklah cukup untuk meyakinkan pada calon pengguna mobil BYD atas kepastian keselamatan mereka.
Karena pada akhirnya, kepercayaan konsumen terhadap teknologi bukan dibangun dari klaim laboratorium, tapi dari apa yang terjadi di jalan.
