Home
/
Startup

Bukalapak yang Kini ‘Tutup Warung': Kronologi dari Berdiri dan Sempat IPO

Bukalapak yang Kini ‘Tutup Warung': Kronologi dari Berdiri dan Sempat IPO

Aisyah Banowati20 January 2025
Bagikan :

Uzone.id – Bukalapak resmi menutup layanan marketplace untuk penjualan produk fisik pada Kamis (9/1) kemarin. Langkah besar ini merupakan bagian dari transformasi Bukalapak untuk fokus pada penjualan produk virtual seperti pulsa prabayar, token listrik, dan layanan digital lain.

Dalam pengumuman resminya, Bukalapak menyatakan bahwa mereka akan membantu pelapak dalam proses transisi dan pembeli masih dapat melakukan transaksi produk fisik hingga 9 Februari 2025, sedangkan fitur unggah produk akan dinonaktifkan mulai 1 Februari 2025. 

Apabila sampai pada tanggal 2 Maret 2024 ada pesanan yang diproses, maka platform secara otomatis akan membatalkan seluruh pesanan dan dana akan dikembalikan ke pembeli melalui BukaDompet. 



Sejarah Bukalapak

Berita penutupan layanan marketplace Bukalapak ini tentu mengejutkan publik. 

Bukalapak telah memulai perjalanan mereka sejak tahun 2010 silam. Startup yang satu ini didirikan oleh Achmad Zaky (CEO), Nugroho Herucahyono (CTO), dan Fajrin Rasyid (CFO) untuk memberdayakan UMKM di Indonesia melalui teknologi.

Pada masa awal operasi mereka, Bukalapak menyasar pedagang kecil yang sesuai dengan identitas mereka yakni, ‘pasarnya pelapak kecil’. Alhasil, inovasi tersebut mendapat respon yang positif hingga mendapat label sebagai platform e-commerce terbesar di Indonesia.

Sayangnya, Achmad Zaky kemudian mengundurkan diri sebagai CEO pada akhir tahun 2019 yang kemudian digantikan oleh Rachmat Kaimuddin. Di susul oleh pengunduran diri Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid di tahun 2020. 

IPO

Sejak terjadi perubahan kepemimpinan, Bukalapak terlihat mengubah arah perusahaan. Kini, Bukalapak lebih memperhatikan aspek finansial. Langkah ini termasuk mengubah strategi bisnis dan pemutusan hubungan kerja pada beberapa divisi.

Puncak restrukturisasi kemudian terjadi saat Bukalapak melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia di tahun 2021 dengan target pendanaan mencapai Rp29,1 triliun. Ini menandakan perubahan Bukalapak dari startup menjadi perusahaan publik. 

Pertumbuhan Bukalapak yang pesat membuat mereka menjadi startup pertama melantai di Bursa Efek Indonesia (IPO) di tahun 2021. Saham Bukalapak, dengan kode emiten BUKA, ditawarkan kepada publik seharga Rp850 per lembar saham.



Perubahan kepemimpinan lanjutan

Namun, lagi-lagi Bukalapak mengalami pergeseran kepemimpinan. Pada Februari 2022, lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Willix Halim resmi menggantikan Rachmat Kaimuddin sebagai CEO Bukalapak. 

Perubahan struktur organisasi ini lagi-lagi mengubah fokus perusahaan. Kini, arah Bukalapak lebih kepada memperkuat perusahaan pada layanan digital dan inovasi teknologi.

Bukalapak kini beralih dari marketplace tradisional ke layanan digital seperti Mitra Bukalapak, BukaPengadaan, dan BukaTabungan. Strategi ini diharapkan dapat memperluas akses digital, khususnya dalam layanan keuangan, bagi masyarakat Indonesia.



Bukalapak menutup layanan marketplace

Lanskap industri e-commerce terus berubah dalam waktu singkat. Di tengah persaingan yang ketat dan perubahan perilaku konsumen, Bukalapak kemudian membuat keputusan untuk menutup layanan marketplace dari produk fisik ke produk virtual. 

Ke depannya, Bukalapak akan fokus menjual layanan digital seperti pulsa dan paket data, token dan tagihan listrik, pembayaran angsuran kredit, BPJS kesehatan, air PDAM, telkom, tv kabel dan internet, pajak PBB dan penerimaan Negara. 

Juga voucher streaming, bayar denda tilang, bayar pajak, BPJS kesehatan, BMoney, emas digital. 


populerRelated Article