Home
/
Lifestyle

Cerita Penumpang Terjebak di Terowongan MRT saat Listrik Mati

Cerita Penumpang Terjebak di Terowongan MRT saat Listrik Mati

Angga Indrawan04 August 2019
Bagikan :

Yunita Amalia (27) tak menyangka rencana pertemuannya dengan kawan-kawan di Mal Kota Kasablanka, jadi berantakan. Yunita Amalia menjadi salah satu penumpang Moda Raya Terpadu (MRT) yang berhenti mendadak di terowongan bawah tanah, ketika listrik padam di Jabodetabek.

Ita, sapaannya, berada di gerbong nomor dua ketika detik-detik terjebak dalam MRT. Posisinya keretanya saat itu berada di antara Stasiun Istora Mandiri dan Bendungan Hilir.

"Lampu dalam gerbong mati dalam sepersekian detik. Kemudian baru setelah itu lampu dalam gerbong mati setengahnya," ujar Ita kepada CNNIndonesia.com.

"Jalannya kereta tiba-tiba seperti ada yang mengerem. Tapi tidak mendadak, kemudian akhirnya berhenti total," ujar dia.


Karyawati swasta di Jakarta itu menghitung kurang lebih sekitar 25 menit ia bersama puluhan penumpang lainnya terjebak. Tak ada informasi dari petugas. Namun demikian, ia mengakui situasi dalam gerbong tak nampak ada kepanikan.


Penumpang lainnya, kata dia, nampak santai. Namun Ita juga melihat ada saja penumpang yang cemas. Sinyal telepon seluler mereka timbul tenggelam.

"Setelah 20 menit, ada petugas sekuriti lewat menuju ruang masinis," kata Ita menjelaskan.

Ita dan penumpang lainnya kembali menunggu setelah sepuluh menit, hingga akhirnya informasi pengeras suara mengatakan bahwa listrik padam. Setelah itu, petugas yang keluar dari ruang masinis meminta para penumpang untuk membuka jendela masing-masing.

"Karena jendelanya banyak. Jadi kita buka sendiri-sendiri," ujarnya.

Proses evakuasi Ada selang lima menit antara penumpang membuka jendela dengan proses evakuasi. Pintu gerbong, kata Ita, mendadak terbuka, kemungkinan dikontrol dari ruang masinis. Saat itu petugas mengatakan bahwa penumpang harus turun dan berjalan kaki melanjutkan perjalanan ke stasiun terdekat.

Evakuasi dilakukan dengan menumpukkan para penumpang di gerbong pertama. Artinya, evakuasi dilakukan hanya di gerbong depan, dari tujuh gerbong yang tersedia.

"Laki-laki diminta keluar melalui pintu kanan, sementara sebelah kiri diperuntukkan untuk perempuan," jelas Ita. Namun demikian sebagian penumpang perempuan juga diperkenankan keluar melalui tangga darurat dari ruang masinis.

Proses evakuasi, kata Ita, berjalan tertib. Setelah penumpang para turun, mereka berjalan kaki menuju stasiun Benhil selama lima menit.

Berita Terkait

populerRelated Article