Home
/
Startup

Deretan Skandal eFishery: dari PHK, Palsuin Pendapatan hingga Perangkat Feeder

Deretan Skandal eFishery: dari PHK, Palsuin Pendapatan hingga Perangkat Feeder

Vina Insyani23 January 2025
Bagikan :

Uzone.id — eFishery, startup unicorn Indonesia yang sempat jadi perhatian kini terus disandung masalah. Padahal, startup agritech lokal asal Bandung ini memiliki valuasi lebih dari USD1,4 juta dan telah ekspansi ke India.

Yap, semenjak tahun 2024 lalu, permasalahan eFishery mulai menyeruak ke publik di tengah prestasi mereka yang berhasil menyentuh negara tetangga India. Mulai dari PHK lalu adanya dugaan penipuan dan penggelapan, pencopotan CEO dan founder hingga yang paling baru adalah laporan yang membocorkan soal fraud di dalam startup tersebut.

Mari kita kupas satu per satu permasalahan eFishery yang bikin heboh dunia startup lokal maupun internasional ini.

Bermula Dari PHK Karyawan

Di tengah huru-hara efisiensi dan penghematan biaya operasional di berbagai industri, eFishery yang terlihat baik-baik saja itu ternyata sempat ikut goyah. Bahkan momen ini bisa dibilang sebagai awal mula hal yang 'tak beres' tercium dari startup tersebut.

Startup agritech ini mengumumkan adanya pemangkasan karyawan (PHK) di lingkungan perusahaan sebagai dampak dari penyesuaian struktur organisasi. Pengumuman ini disampaikan hari ini, Jumat, (26/07).



“eFishery hari ini mengumumkan penyesuaian struktur organisasi yang berdampak pada sejumlah karyawan,” kata pihak eFishery saat dihubungi oleh Uzone.id saat itu.

eFishery menyebutkan bahwa keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan matang berdasarkan restrukturisasi dan perubahan strategi bisnis perusahaan. Dalam acara Media Gathering pada September 2024 lalu, Gibran menyebut bahwa alasan pemutusan hubungan kerja (PHK) ini bukan karena adanya kasus penggelapan dana atau fraud maupun karena kondisi perusahaan yang diterpa angin ‘tech winter’ seperti perusahaan teknologi lainnya.

“Ya, terkait dengan layoff, itu berkaitan dengan sustainability. Jadi sebenarnya layoff ini mostly karena restrukturisasi kita. Karena di 10 tahun awal, terutama di 2 tahun terakhir 3 tahun terakhir, kita tumbuh banyak dan cepat,” kata Gibran.

Gibran menambahkan, “Untungnya ini bukan karena kita kehabisan uang jadi harus layoff, atau akhirnya terpaksa mengurangi sekian hanya untuk bisa bertahan hidup. Enggak, secara keuangan (kami) aman-aman saja. Terkait keputusan ini, kami memastikan kalau ini buat long term bukan untuk short term.”

Dugaan Penggelapan Dana, Katanya sih Masih ‘Manageable’

Dugaan penggelapan dana ini sebenarnya sudah tercium dari tahun 2024 lalu, bahkan ketika layoff putaran pertama dilakukan. Gibran Huzaifah yang jadi CEO dan Founder eFishery kala itu pun tidak menampik adanya tindak penyelewengan dana dan fraud di perusahaannya.



Dengan santai, Gibran menyebut kalau tindakan tersebut masih bisa ditangani dan terbilang rendah.

"Fraud itu memang ada. Tapi, fraud-nya itu manageable. Di bawah setengah persen dan ini rendah. Kemarin banyak yang bilang, wah ini mematikan eFishery, ya nggak. Kalau jumlahnya segitu nggak ngebunuh company-nya," imbuh Gibran.

Tak Lama Dari Itu Gibran pun Dicopot dari CEO

Selang sekitar 3 bulan setelah Gibran menyebut fraud di startup-nya ‘manageable’, tiba-tiba eFishery memutuskan untuk mengambil tindakan tegas pada dua petinggi mereka, yaitu Gibran Huzaifah sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Product Officer, Crisna Aditya.

Dua co-founder eFishery tersebut dibebastugaskan dari posisinya saat ini dengan alasan penyelidikan karena dugaan penyelewengan keuangan perusahaan. Kabar ini pertama kali dibagikan oleh DealstreetAsia pada Senin, (16/12).

Dalam kabar tersebut, pihak eFishery, menjelaskan kepada shareholder bahwa Gibran selaku CEO dan Chrisna selaku CFO saat ini tengah diselidiki atas dugaan penyalahgunaan laporan kinerja serta pendapatan keuangan perusahaan.

Karyawan eFishery Bikin Serikat Pekerja untuk Speak Up

Di tengah kemelut fraud yang masih dalam proses penyelidikan, para karyawan eFishery pun membentuk Serikat Pekerja untuk membantu para pekerja lainnya dalam mendapatkan hak-hak mereka di perusahaan.

Terbaru, Serikat Pekerja eFishery (SPMTN) pun menyampaikan sanggahannya terkait pernyataan founder perusahaan investasi Northstar Group–salah satu investor eFishery, Patrick Walujo yang mengatakan bahwa fraud atau tindak penipuan yang terjadi di eFishery terjadi secara sistematis atau terstruktur, dan melibatkan berbagai lapisan di semua lini perusahaan.



Menurut mereka, pernyataan yang menyebutkan bahwa statement ‘kasus fraud di eFishery adalah aib bagi semua orang yang menjalankan eFishery dan sistematis di berbagai lini’ menggeneralisir bahwa semua pekerja eFishery turut terlibat dalam praktik tersebut.

“Hal ini sangat tidak adil dan tidak mencerminkan kondisi nyata. Kami ingin menegaskan bahwa mayoritas karyawan eFishery bekerja dengan integritas dan dedikasi tinggi untuk memajukan perusahaan dan industri akuakultur di Indonesia,” tulisnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, (22/01).

Pernyataan resmi Serikat Pekerja eFishery juga menyebut bahwa generalisasi yang ditujukan pada seluruh karyawan eFishery tersebut dapat merusak reputasi mereka. Padahal, tindakan fraud/penyelewengan dana tersebut dilakukan oleh dilakukan oleh individu atau kelompok kecil di perusahaan.

Bocoran Laporan part 1: eFishery Palsukan Pendapatan Hingga Rp9,7 Triliun

Momen ‘gong’ soal fraud eFishery terjadi disini, sebuah laporan yang disebarkan oleh Bloomberg News, Rabu, (22/01), menyebut bahwa eFishery melakukan penggelembungan dana hingga hampir USD600 juta atau sekitar Rp9,7 triliun.

“Sebuah penyelidikan awal yang sedang berlangsung memperkirakan bahwa manajemen eFishery telah menggelembungkan pendapatan hampir USD600 juta dari Januari hingga September 2024,” tulis The Straits Times.




Temuan ini diketahui berasal dari sebuah draft laporan setebal 52 halaman yang diedarkan di antara investor dan ditinjau oleh Bloomberg News. Jika temuan ini valid, itu artinya lebih dari 75 persen dari angka pendapatan yang dilaporkan oleh eFishery merupakan angka palsu. 

Diketahui, eFishery mengaku perusahaan untung sebesar USD16 juta atau Rp261,3 miliar dan meraup pendapatan USD752 juta atau Rp12,3 triliun selama Januari hingga September 2024. Namun kenyataan dalam laporan investigasi ini eFishery justru mengalami kerugian USD35,4 juta atau Rp578 miliar. 

Sementara untuk pendapatan sendiri, startup yang pernah diketuai Gibran Huzaifah ini diperkirakan hanya mencapai USD157 juta atau Rp2,6 triliun saja.

Bocoran Laporan part 2: eFishery Palsukan Jumlah Perangkat

Penipuan eFishery tak berhenti disitu, tak cukup dengan memalsukan pendapatan dan kerugian, laporan tersebut juga membocorkan kalau eFishery memalsukan jumlah perangkat Feeder di perusahaan mereka.

Dalam investigasi tersebut, ditemukan bahwa eFishery mengaku-ngaku memiliki lebih dari 400.000 pengumpan ikan/feeder yang beroperasi, nyatanya investigasi awal memperkirakan bahwa mereka hanya memiliki sekitar 24.000 buah Feeder.

Investigasi di startup unicorn ini terus berlangsung hingga saat ini. Laporan yang ditulis oleh FTI Consulting juga masih dalam bentuk draft dan masih dapat berubah seiring dengan berlanjutnya investigasi.

Laporan tersebut diketahui didasarkan pada lebih dari 20 wawancara dengan staf perusahaan, termasuk peninjauan terhadap akun dan pesan di WhatsApp, Slack, dan saluran lainnya.

Jadi, bagaimana nih nasib eFishery dan para karyawannya ke depan? 


populerRelated Article