Dilema Apple Gegara Tarif Trump: Nombok atau Naikkan Harga iPhone?

Uzone.id - Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump mengumumkan tarif 10 persen untuk impor dari China yang dikirim ke AS. Imbasnya, perusahaan seperti Apple harus membayar pajak impor atas produknya yang diproduksi di China dan dikirim ke Negeri Paman Sam.
Apple pun dihadapkan dengan pilihan sulit, pilih nombok pajak atau menaikkan harga iPhone. Kedua opsi ini sama-sama berpotensi pada pendapatan Apple, demikian menurut Managing Partner di Deepwater Asset Management, Jaffray Gene Munster.Ini kedua kalinya Apple dihadapkan dengan kebijakan ‘tarif Trump’. Pada 2018 silam, beberapa produk Apple yang dibuat di China juga terkena tarif impor yang diberlakukan Trump.
Saat itu, Apple memilih untuk menanggung biaya pajak ketimbang harus membebankannya kepada pelanggan. Para fanboy—sebutan penggemar Apple happy-happy saja, tidak dirugikan sama sekali.
Tapi sebaliknya, dihimpun dari phoneArena, Apple dan para pemegang sahamnya harus menghadapi margin keuntungan yang lebih rendah.
Nah sekarang, ketika Trump memegang pemerintahan AS, Apple dihadapkan masalah yang sama. Menurut Munster, apabila Apple sekali lagi nombokin biaya pajak impor tersebut, maka akan berdampak negatif sebesar 4 persen terhadap pendapatan total jika tarif tersebut dikenakan pada iPhone.
Kendati begitu, Munster juga mencatat bahwa sebagian besar investor yakin Trump akan memberikan keringan kepada Apple dengan membebaskan perusahaan dari kewajiban membayar pajak impor.
Sementara jika Apple membebankan tarif pajak impor kepada konsumen, pendapatan Apple akan minus 3,5 persen.
Sebab, tarif 10 persen yang diketok pemerintahan Trump, membuat harga iPhone naik sekitar 5 persen. Harga iPhone naik, permintaan pun bakal berkurang sebesar 2 sampai 3 persen.
Ini harus diperhitungkan matang-matang oleh Apple, lantaran iPhone menghasilkan 43 persen dari laba bersih perusahaan. Juga perlu dicatat, 85 persen unit iPhone yang ada di pasaran dibuat di China. Belum lagi perangkat lainnya, seperti Apple Watch yang mungkin juga terdampak karena dibuat di China.
Hitung-hitungannya, Apple menghasilkan USD93,74 miliar atau lebih dari Rp1.400 triliun pada tahun fiskal 2025. 4 persen dari angka tersebut adalah sekitar USD3,75 miliar atau setara Rp61,2 triliunan lebih yang harus dikeluarkan Apple jika memutuskan untuk membayar pajak alih-alih membebankannya kepada pengguna.
Gimana, Apple?
