Dugaan Penelanjangan Puluhan Siswi Terjadi di Kota Tasik
-
Dugaan kasus penelanjangan terhadap puluhan murid SMP Terpadu dan MA Fajrul Islam terjadi saat mengikuti kegiatan pelatihan polisi siswa (polsis) di SMAN 9 Kota Tasik pada Sabtu (17/2) lalu. Pihak sekolah pun mengambil jalur hukum untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Kepala Sekolah MA Fajrul Islam Arfan Afandi menyebut sudah menerima undangan dari SMAN 9 terkait penyelenggaraan latihan polsis pada Rabu (14/2) untuk diikuti pada hari Sabtu. Ia pun memberangkatkan siswa dan siswinya pada Sabtu pagi. Khusus jumlah siswi ada 21 orang terdiri dari 10 siswi SMP dan 11 siswi MA. Alangkah kecewanya dia lantaran sepulang kegiatan polsis, siswinya justru menangis. Saat ditanya ternyata para siswi mengatakan adanya kejadian penelanjangan.
"Anak-anak ngadu sambil nangis diceritakan diperlakukan senior proses itu masuk ke kelas disuruh berhadapan lalu buka kerudung, ciput, baju kancing atas, rok, telanjang 20 persen. Selanjutnya si anak disuruh pakai kerudung bukan ada di depan tapi di belakang, saat dalam kondisi terlucuti itu lari-lari sambil ambil kerudung," katanya pada wartawan, Senin (19/2).
Selanjutnya, ia melaporkan kejadian itu ke Polresta Tasik guna menempuh proses hukum. Di hari yang sama, pihak penyelenggara kegiatan dan Kepala Sekolah SMAN 9 berusaha meminta maaf pada para siswi yang merasa dilecehkan dengan mengadakan pertemuan.
"Lalu lapor ke Polres buat laporan. Selesai itu kami dapat SMS harus datang ke SMAN 9, kami disuruh datang ke sana, kami minta mereka lah yang harusnya datang ke kami. Akhirnya datang semua termasuk Kepsek, pengawas polsis, kesiswaan dan panitia. Saya minta semua panitia hadir, tapi tidak semua bahkan pelaku tidak hadir, itu saya kecewa," jelasnya.
Walau sudah ada penerimaan maaf, dia tetap memproses kasus ini kepada pihak berwajib. Sebab ia khawatir kejadian serupa bisa saja terulang kembali.
"Kedatangan mereka duduk bersama akui kesalahan, minta maaf. Kami secara pribadi maafkan, tapi secara hukum tetap lanjut supaya jera tidak ada kejadian ini lagi," tuturnya.
Apalagi akibat kejadian tersebut, para siswi memperoleh tekanan psikis. Ia sempat meminta SMAN 9 selaku penyelenggara kegiatan seharusnya menyediakan psikolog sebagai pertanggungjawaban. "Siswi ada yang nangis, sakit, malu. Sampai Sabtu malam dikasih motiviasi, harapannya SMAN 9 datangkan psikolog," ucapnya.