Home
/
Digilife

Efek Deepfake AI, 84 Persen Bisnis Jadi Korban ‘Identity Fraud’

Efek Deepfake AI, 84 Persen Bisnis Jadi Korban ‘Identity Fraud’

Foto: Freepik Generated AI

Vina Insyani05 September 2024
Bagikan :

Uzone.id — Kehadiran AI saat ini memang banyak menimbulkan tantangan baru, salah satunya kejahatan siber berbasis AI yang semakin hari semakin meresahkan.

Laporan perusahaan penyedia solusi digital, Vida mengungkapkan bahwa ancaman digital seperti deepfake, penipuan berbasis teknologi AI, pengambilalihan akun (account takeovers), dan serangan social engineering meningkat hingga 1.550 persen selama beberapa tahun terakhir.

BSSN juga mencatat adanya ratusan juta serangan cyber terhadap Indonesia setiap tahun. Di tahun 2023 saja, tercatat 209 juta serangan siber, meningkat 24 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kami mencatat sebanyak 572.000 aduan terkait fraud atau penipuan online yang diterima sepanjang tahun 2017 sampai dengan 2024.Jenis fraud yang mendominasi adalah penipuan jual beli online dan investasi fiktif online,” kata Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Selasa, (04/09).

Saat ini, jenis kejahatan digital deepfake AI jadi salah satu musuh terbesar dengan kerugian yang cukup fatal. Niki Luhur, Founder dan CEO VIDA Group mengatakan kalau deepfakes dan penipuan lainnya oleh teknologi AI itu nyata adanya, bahkan banyak bisnis kehilangan miliaran rupiah karena serangan ini.

Belum lagi 97 persen bisnis di Indonesia juga menjadi sasaran serangan social engineering dalam setahun terakhir, dengan phising dan smishing menjadi metode yang paling umum digunakan. 

Tak sampai disitu, 84 persen bisnis juga telah mengalami identity fraud atau penipuan identitas pada tahun lalu, dan 100 persen perwakilan bisnis dalam survei ini menyatakan keprihatinannya terhadap risiko yang ditimbulkan oleh teknologi deepfake.

Salah satu pendorong rawannya kejahatan digital ini adalah karena 46 persen bisnis ini tidak memiliki pemahaman teknologi AI yang mendalam untuk mencegah serangan ini.

Oleh karena itu, Vida menilai adanya urgensi akan kebutuhan solusi berbasis AI yang komprehensif untuk melawan serangan digital yang juga berasal dari teknologi AI.

Dalam acara VIDA Executive Summit 2024, Vida meluncurkan Identity Stack untuk untuk menghadapi ancaman penipuan, terutama yang terjadi dalam proses transaksi digital di Indonesia.

“VIDA Identity Stack yang memiliki tingkat penurunan penipuan identitas sebanyak 99.9 persen ini didesain untuk melindungi bisnis agar aman dan lancar untuk pengalaman pengguna pelanggan,” kata Luhur.

Ada pun beberapa solusi yang disediakan Vida Identity Stack antara lain Identity Verification (Verifikasi Identitas) termasuk Document Liveness (Mengkonfirmasi keaslian dokumen yang diunggah dalam proses online onboarding), Face Liveness (Mencegah penipuan dengan pendeteksian gambar dan video palsu) dan Income Verification (Menyediakan pemeriksaan akurat akan data pendapatan (income) menggunakan).

Untuk layanan penipuan digital khususnya deepfake, Vida meluncurkan Fraud Scanner yaitu menggunakan teknologi AI untuk mendeteksi aktivitas penipuan, ada juga Deepfake Detector untuk mengidentifikasi dan mencegah konten deepfake serta Deepfake Shield untuk mencegah para penipu agar tidak bisa meretas kamera perangkat dan menyediakan pertahanan terhadap serangan deepfake pada saat itu juga.

Ada juga User Authentication (Otentikasi Pengguna) yaitu PhoneToken untuk menghubungkan akun ke ponsel seluler sehingga transaksi tak bisa dilakukan di perangkat lain dan FaceToken, yaitu mengganti SMS dengan rekognisi wajah.

populerRelated Article