Google Tes Filter Usia, Upaya Baru Cegah Anak Buka Konten Dewasa

Uzone.id – Google terus melakukan pembaharuan untuk melindungi para penggunanya, terutama untuk pengguna di bawah 18 tahun. Mulai dari filter SafeSearch, membatasi konten iklan sensitif, hingga meluncurkan fitur peringatan konten sensitif di Google Messages.
Terbaru, Google akan mulai menguji model estimasi usia berbasis pembelajaran mesin untuk memperkirakan usia pengguna. Caranya, Google akan melihat aktivitas pengguna, termasuk situs yang dikunjungi, jenis video yang ditonton, dan sudah berapa lama mereka memiliki akun untuk menentukan usia pengguna.
Dengan cara ini, Google dapat mendeteksi apakah pengguna berusia lebih atau kurang dari 18 tahun. Apabila terdeteksi jika pengguna masih di bawah 18 tahun, secara otomatis Google akan membatasi konten yang mungkin tidak pantas.
Kebijakan ini dibuat karena Google ingin membantu memberikan pengalaman berselancar di internet yang lebih sesuai dengan usia pengguna. Namun, untuk saat ini, uji coba tersebut baru akan dilakukan di AS, dan rencananya akan segera diberlakukan ke lebih banyak negara.
Pada lama blog resmi mereka, Google berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan di seluruh dunia untuk membantu memajukan pendekatan kebijakan yang cerdas dan kuat demi menjaga keamanan anak-anak dan remaja di dunia maya.
Bagaimana di Indonesia?
Di Indonesia, khususnya Menkomdigi, saat ini tengah menggodok aturan batas usia pengguna internet untuk melindungi anak-anak dari paparan konten negatif. Aturan tersebut turut menggandeng berbagai pihak untuk bekerja sama, termasuk platform digital dan media sosial yang beroperasi di Indonesia.
Regulasi ini sangat diperlukan karena kasus pornografi anak dan perjudian online di Indonesia terus meningkat. Tercatat, dalam data National Center for Missing and Exploited Children, Indonesia termasuk dalam empat besar negara dengan kasus pornografi anak tertinggi di dunia.
Menkomdigi sendiri mengharapkan kerja sama dari Google untuk memastikan lingkungan online yang lebih aman bagi anak-anak. Dalam pertemuan dengan pihak YouTube di Paris, Komdigi mengungkapkan bahwa pihaknya ingin Google ikut bekerja sama dalam aturan pembatasan usia tersebut.
Harapan tersebut pun turut mendapat sambutan baik. Ditambah dengan pembaharuan keamanan yang baru-baru ini dilakukan oleh Google, semoga dapat benar-benar menekan akses konten negatif sehingga anak-anak dan remaja dapat berada di ruang aman saat menyelami internet.
