Home
/
News

Ini Kekasih Barack Obama Sebelum Michelle

Ini Kekasih Barack Obama Sebelum Michelle

Winda Destiana Putri04 May 2017
Bagikan :

Romantisme hubungan mantan Presiden AS Barack Obama dan istrinya Michelle Obama selama ini telah ditiru oleh banyak pasangan. Namun, hanya sedikit orang yang tahu ternyata Obama pernah melamar seorang wanita, jauh sebelum ia bertemu dengan Michelle.

Sebuah buku biografi terbaru Obama yang berjudul Rising Star, karya David J. Garrow, menyoroti kisah asmara Obama saat ia masih tinggal di Chicago di awal usia 20 tahun-an. Saat itu Obama memiliki kekasih bernama Sheila Miyoshi Jager, gadis keturunan Belanda dan Jepang, yang mendalami studi antropologi seperti ibunda Obama.

Jager mengakui, Obama telah lama yakin bahwa suatu hari dia akan menjadi Presiden Amerika Serikat. Jager tentunya menjadi salah satu dari sedikit orang yang dia ceritakan tentang ambisinya itu.

Kepada Garrow, Jager mengatakan saat itu Obama adalah seorang aktivis yang mengelola sebuah komunitas dan suka menulis cerita fiksi di waktu luangnya. Jager menyadari, Obama sangat membutuhkan seseorang yang dapat mencintai dan mengaguminya.

Seiring dengan terus berkembangnya hubungan mereka, keduanya mulai mendiskusikan pernikahan. "Pada musim dingin 1986, dia mengunjungi orang tua saya, dia meminta saya untuk menikahinya," kata Jager kepada Garrow, dikutip The Independent.

Ironisnya, orang tua Jager menentang pernikahan tersebut karena mengkhawatirkan masa depan Obama yang suram. Orang tua Jager juga memandang Obama masih terlalu muda untuk menikah. Jager mengatakan kepada Obama bahwa ketika itu bukan saatnya bagi mereka untuk menikah. Namun, keduanya tidak memutuskan untuk berpisah.

"Obama berubah di sekitar usia 25 tahun, pada 1987. Dia menjadi sangat ambisius, sangat tiba-tiba. Saya ingat dengan sangat jelas kapan perubahan ini terjadi. Dan saya ingat secara khusus bahwa pada 1987, di satu tahun hubungan kita, dia sudah memiliki pandangan untuk menjadi presiden," ungkap Jager.

Obama percaya untuk memenuhi takdir politiknya, dia perlu sepenuhnya menjadi warga keturunan Afrika-Amerika. Sebagai politisi kulit hitam di Chicago, akan sulit memiliki masa depan yang baik jika memiliki pasangan yang bukan sesama keturunan Afrika-Amerika.

Hal ini mengganggu kisah asmara Jager dan Obama. Hubungan mereka berdua dihiasi dengan perdebatan mengenai ras dan politik setiap saat. "Identitas kulit hitamnya berkaitan langsung dengan keputusannya untuk mengejar karir politik," kata Jager.

Tentu saja, menurut Jager hal ini bukan terlihat seolah-olah Obama ingin meninggalkannya. Obama hanya merasa terjebak antara wanita yang dicintainya dan takdir masa depan.

Saat Obama hendak meninggalkan Chicago untuk pergi ke Harvard Law School, hubungan keduanya mulai berantakan. Obama meminta Jager untuk pergi ke Harvard bersamanya dan menikah. Namun akhirnya dari Harvard, Jager harus melakukan penelitian ke Seoul, Korea Selatan.

Menurut Jager, mereka tidak memiliki masa depan yang jelas untuk melanjutkan hubungan. Pasangan tersebut akhirnya memutuskan untuk berpisah.

Setelah tahun pertama di Harvard Law School, Obama bertemu dengan Michelle Robinson di sebuah firma hukum tempat dia bekerja. Mereka melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.

Akan tetapi, Jager belum benar-benar keluar dari hidup Obama. Ia kembali ke Harvard dalam sebuah program mengajar. "Obama dan Jager terus saling bertemu sepanjang tahun ajaran 1990-1991, sementara hubungan Obama dengan Michelle Robinson juga semakin dalam," tulis Garrow. Tapi Jager mengaku merasa tidak enak dengan hal itu.

Setelah Obama dan Michelle menikah, hubungannya dengan Jager tidak lebih dari sekadar kirim mengirim surat atau melalui panggilan telepon. Mereka hanya berhubungan jika ada hal-hal serius yang harus didiskusikan.

Meskipun hubungan Jager dan Obama terjalin di masa-masa yang amat menentukan karir Obama, namun Michelle memiliki peran yang paling penting, yang mendukung Obama selama bertahun-tahun dalam tugasnya sebagai presiden.

populerRelated Article