Jika Insentif Gak Lanjut, Era Mobil Listrik RI Macam Artis Karbitan?
Uzone.id - Indonesia sedang dibanjiri mobil-mobil listrik. Trennya pun terus naik, terutama setelah pemerintah memberikan sejumlah insentif yang meringankan. Tapi bagaimana tahun depan ketika insentif tidak dilanjutkan?
Dalam tiga tahun terakhir, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik terus mengalami peningkatan sejak tahun 2022.Penjualan mobil listrik secara wholesale pada periode Januari-Desember 2023 mencapai 17.060 unit, naik 65,2 persen dari tahun 2022. Sementara penjualan whole sales (pabrik ke dealer) mobil listrik nasional mencapai 23.045 unit pada Januari-Agustus 2024.
Hasil ini lebih tinggi 177,32 persen year on year (yoy) dibanding whole sales mobil listrik nasional pada periode yang sama tahun 2023 lalu (8.310 unit).
Mobil listrik kini berkontribusi 4,11 persen terhadap total penjualan whole sales mobil nasional yang berjumlah 560.619 unit hingga Agustus 2024.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksi penjualan mobil listrik di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 15–18 persen dari total penjualan mobil.
Pertumbuhan tersebut, tidak terlepas dari peran insentif dari pemerintah. Sejauh ini, setidaknya ada sejumlah insentif penting yang mengakselarasi pertumbuhan mobil listrik di Tanah Air.
Pertama menurut kami yang penting bagi pembeli adalah insentif PPN sebesar 10 persen untuk mobil listrik berlaku hingga Desember 2024. Artinya, PPN yang tadinya 10 persen menjadi 1 persen.
Kemudian, bagi produsen, importir kendaraan listrik dapat menikmati fasilitas pembebasan bea masuk mulai 15 Februari 2024 hingga Desember 2025.
Kalau fokus pada insentif PPN, sebenarnya mulai mengkhawatirkan. Insentif inilah yang paling signifikan memancing banyak orang untuk membeli mobil listrik, karena pengurangan harga jualnya yang lumayan, mencapai puluhan juta rupiah.
Namun, sampai memasuki Desember 2024 ini, dimana bulan terakhir pemberian insentif tersebut, pemerintah belum juga memutuskan apakah akan dilanjutkan atau tidak tahun depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyatakan bahwa insentif kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) untuk tahun depan belum putus.
Saat ini, semuanya sedang dalam pembahasan dan semua kemungkinan masih terbuka lebar, tergantung pada hasil diskusi dan pertimbangan kondisi ekonomi nasional.
"Nanti kita bahas. Sekarang belum dibahas, (insentif di tahun depan)," kata Airlangga saat mengunjungi pameran GJAW 2024 beberapa waktu lalu, dikutip Uzone.id
Muncul kekhawatiran, ketika insentif PPN tersebut dihentikan--apalagi ditambah wacana kenaikan PPN menjadi 12 persen, akan membuat banyak orang kembali malas membeli mobil listrik.
Imbasnya bisa memengaruhi penjualan mobil listrik secara keseluruhan dan membuat para pabrikan yang sudah dan hendak investasi jor-joran di segmen EV menjadi ragu.
Apalagi, pada tingkatan global pertumbuhan mobil listrik secara global mulai melambat sebab beberapa negara “menolak” mobil China.
Uni Eropa juga mempersulit masuknya mobil listrik China. Harga mobil listrik buatan Tiongkok yang rendah membuat pabrikan otomotif Eropa sulit mengejar. Jika tidak diproteksi mobil China bakal membanjiri Eropa.
Kemudian menurut survei di Amerika Sekitar (AS) orang mulai kembali pakai mobil bahan bakar minyak karena lebih mudah. Sebab lainnya yaitu karena harga jual mobil listrik yang turun drastis.
Karenanya, insentif mobil listrik seolah harus menjadi harga mati untuk Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan.
Sebab jika tidak, maka bukan tidak mungkin era mobil listrik di Indonesia hanya seperti artis karbitan--tiba-tiba muncul, lalu tenggelam dalam waktu yang singkat.