Home
/
Automotive

Kenapa Penjualan Mobil di RI Stagnan di Tengah Gempuran Merek Baru?

Kenapa Penjualan Mobil di RI Stagnan di Tengah Gempuran Merek Baru?

Bagja Pratama23 February 2024
Bagikan :

Uzone.id - Dalam beberapa tahun terakhir, pasar mobil Indonesia dibanjiri banyak merek mobil baru. Namun ironisnya, penjualan mobil justru cenderung stagnan. Apa yang terjadi?

Dalam beberapa pameran otomotif nasional saja—paling terbaru IIMS 2024, kita melihat sejumlah merek baru hadir. Mulai dari BYD dari China sampai VinFast dari Vietnam, kini ikut bersaing memperebutkan ‘jatah penjualan mobil’ yang rata-rata hanya di kisaran 1 juta unit per tahun.

Bahkan di tahun 2023 lalu mengalami penurunan. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil nasional tahun lalu sebanyak 1.005.802 unit. Turun sekitar 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.048.040 unit.

Sebagai catatan, penjualan mobil tertinggi di Indonesia terjadi pada 2013 yang mencapai 1,22 juta unit setahun. Namun, setelah itu, angkanya terus merosot dan berada di kisaran sejuta unit setiap tahunnya.

Awal Tahun 2024 Penjualan Mobil Masih Merosot

Tren pelemahan penjualan mobil berlanjut pada tahun ini. Angkanya turun dua digit. Pada Januari 2024, menurut data Gaikindo, penurunannya mencapai 18,4 persen secara bulanan dan 26,1 persen secara tahunan ke angka 69.619 unit.

Hampir seluruh merek mengalami pelemahan. PT Astra International Tbk mencatat penjualan wholesales turun 20,3 persen secara bulanan dan 25,2 persen secara tahunan menjadi 37.984 unti. Pangsa pasarnya sedikit turun dari 55,9 persen pada akhir tahun lalu menjadi 54,6 persen.

Marketing Director PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy pun menyebut pemerataan pembangunan, rasio pajak, regulasi, pertumbuhan ekonomi, dan daya beli masyarakat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi. 

Di ASEAN hanya Indonesia yang dapat konsisten mencatat angka penjualan di atas 1 juta unit selama 10 tahun terakhir. “Sehingga kita tidak benar-benar memiliki role model dalam hal volume penjualan di kawasan Asia Tenggara,” kata Anton. 

Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto dalam siaran persnya menyebut, angka penjualan mobil yang meleset dari target terjadi karena perlambatan pasar otomotif pada paruh kedua 2023 yang disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kenaikan suku bunga Bank Indonesia.

“Akibatnya penjualan kendaraan bermotor juga melambat,” katanya. 

Airlangga Hartarto saat menghadirai peluncuran mobil listrik OMODA E5 sempat mengatakan, Indonesia tak bisa terus-terusan terjebak pada fase tersebut. Lebih lagi, kata dia, pasar otomotif nasional belakangan mulai pulih setelah dihantam pandemi habis-habisan.

"Jadi, penyebabnya kemarin ada Covid-19 yang membuat mobilitas terganggu. Tapi, sekarang sudah kembali ke pre-Covid dan ada lonjakan dari sisi ekspor yang berada di atas 400 ribu unit," ujar Airlangga Hartarto.

Berharap Mobil Listrik jadi Juru Selamat

Airlangga memprediksi, penjualan kendaraan roda empat di Indonesia akan meningkat ke level 1,1 juta unit setahun pada 2024. Angka tersebut didorong penjualan mobil listrik yang terus membaik dari tahun ke tahun.

"Mungkin pasar mobil nasional meningkat menjadi 1,1 juta unit setahun pada 2024. Tapi proporsi untuk elektrik mungkin berada di kisaran 15-18 persen," ungkapnya.

Dia berharap, ke depannya, makin banyak produsen mobil yang menghadirkan produk canggih dengan harga terjangkau. Sebab, dengan demikian, minat konsumen membeli kendaraan makin meningkat.

"Pasar domestik tentu harus bisa menghadirkan mobil yang harganya kompetitif dan yang kedua fitur juga harus lebih modern. Kini, salah satu yang kita dorong adalah EV harga terjangkau untuk konsumen di Indonesia," tegasnya.

Hal tersebut sejalan dengan ucapan Presiden Joko Widodo yang hadir dalam pembukaan acara IIMS 2024. Dia menyebut pemerintah akan terus mendorong peningkatan produksi kendaraan listrik.

“Saya kira masa depan otomotif Indonesia ada di mobil listrik,” ucapnya.

Salah satu insentif yang pemerintah berikan adalah pengurangan pajak pertambahan nilai atau PPN. Harapannya, penjualan kendaraan listrik akan naik dan mendorong produksi di pabrik-pabrik. 

“Semuanya kami dorong. Tujuannya agar semua berproduksi di Indonesia karena kita mempunyai kekuatan di baterai kendaraan listrik,” kata Jokowi. 

Saat ini, ada sejumlah perusahaan yang akan berinvestasi EV di Indonesia. Mereka adalah Cherry, BYD, MG, Hyundai dan VinFast. Tiga yang pertama berasal dari Cina dan dua sisanya dari Korea dan Vietnam.

populerRelated Article