Komdigi Ajak Inggris Ikut Investasi untuk Bangun Satelit Satria-2
Uzone.id — Kementerian Komunikasi dan Digital bersama dengan Kementerian Luar Negeri Parlemen Indo-Pasifik Inggris sepakat untuk menjalin kerja sama dalam hal transformasi digital di tanah air.
Kerjasama ini bertepatan dengan Peringatan 75 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Inggris pada Selasa, (21/01) lalu. Kemitraan ini mencakup transformasi digital, peningkatan akses dan inklusi digital, penanganan misinformasi dan pemanfaatan teknologi terbaru seperti Artificial Intelligence (AI).
Menurut Nezar Patria, Wakil Menteri Komdigi, kerjasama ini memperdalam kolaborasi dalam bidang-bidang penting bagi masa depan kedua belah pihak.
“Ini juga membahas mengenai peningkatan akses dan inklusi digital, di mana Komdigi bertujuan menjembatani kesenjangan digital di Indonesia. Memungkinkan akses yang adil terhadap teknologi di seluruh wilayah dan komunitas," kata Nezar dalam keterangan resminya.
Komdigi bersama dengan Kementerian Luar Negeri Inggris juga turut membahas soal penanganan misinformasi dan disinformasi, penerapan komprehensif mencakup pendidikan, pemantauan konten dan penegakan hukum.
AI juga menjadi salah satu bahasan kerjasama kedua belah pihak. Keduanya membahas soal penguatan kolaborasi AI dan teknologi baru seperti strategi AI nasional dan pedoman etika untuk AI di sektor bisnis.
Tak hanya itu, Kementerian Komdigi tak lupa mengajak pemerintah Inggris untuk turut terlibat dalam pembangunan infrastruktur digital di Indonesia, salah satunya adalah Satria-2 yang menjadi proyek Komdigi selanjutnya.
“Kementerian Komdigi juga membuka peluang dalam proyek bersama Inggris dalam investasi infrastruktur digital seperti Satelit Republik Indonesia (Satria)-2,” kata Nezar.
Nezar menjelaskan bahwa satelit Satria-2 direncanakan menjadi satelit kembar dengan kapasitas jaringan sebesar 300Gbps, lebih besar dari kapasitas Satria-1 yang telah dirilis pada tahun 2024 lalu.
Wakil Menteri Komdigi tersebut mengungkapkan bahwa pembangunan Satria-2 membutuhkan perkiraan investasi konstruksi sekitar USD860 juta sehingga butuh banyak pihak untuk ikut membangun satelit tersebut.
"Bersama-sama, mari kita membangun kemitraan digital yang dinamis, yang tidak hanya menguntungkan kedua negara kita tetapi juga kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas dan sekitarnya," kata Nezar.