Kominfo: Jaringan 5G Bukan Soal Dulu-duluan
-
(Ilustrasi BTS)
Uzone.id -- Tahun 2020 mungkin menjadi momen berisi banyak pertanyaan mengenai jaringan 5G. Tak heran sebenarnya, karena sejak 2019 semua operator seluler di Indonesia sudah mulai uji coba 5G ini.Lantas, bagaimana kelanjutan 5G di Indonesia? Apakah mungkin digelar di tahun ini meskipun banyak tantangan karena pandemi?
“Berbicara soal jaringan 5G, semua tergantung dengan kesiapan ekosistem di Indonesia. Dari sisi pemerintah, kita tidak ingin membangun 5G tapi Indonesia tetap jadi pasar, tempat vendor jualan teknologi saja. Tapi kita mau jadi tuan rumah juga,” kata Ismail selaku Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika pada kesempatan webinar pada Senin (20/7).
Baca juga: 5G Saja Belum Banyak, Samsung Sudah Ancang-ancang Siapkan 6G
Dia melanjutkan, “kita ingin 5G hadir ketika Indonesia sudah memiliki keyakinan untuk mendapatkan manfaat maksimal. Jadi 5G itu bukan soal dulu-duluan, siapa yang duluan berarti paling hebat, bukan. Kita ingin menjadi tuan rumah di jaringan 5G.”
Dari penjelasan Ismail, frekuensi 5G itu ditentukan oleh International Telecommunication Union (ITU). Menurutnya, saat ini jaringan 5G bisa berada di frekuensi low layer di pita (band) 700, 800, dan 900 GHz.
Ada juga di middle layer, atau yang sering digunakan untuk kebutuhan perkotaan di pita 1.200, 1.800, 2.300 GHz. Tak lupa lapisan atas yang berada di 2.800 GHz.
Baca juga: Kawat Masker Dibilang Antena 5G, Teori Konspirasi Apa Lagi Ini?
“Sebenarnya bisa semua kalau kita ingin implementasi 5G. Kendalanya di Indonesia, layer di low dan middle itu, sebagian frekuensi masih digunakan operator seluler lain untuk jaringan lain sebelum 5G. Misal, di 700 GHz digunakan untuk broadcasting seperti televisi. Untuk ini, legislasinya sudah diurus agar bisa dipakai,” jelas Ismail.
Ismail kembali menekankan harapan ketika 5G benar-benar akan digelar secara resmi di Indonesia, pemerintah berharap sudah mulai banyak aplikasi buatan lokal ketimbang aplikasi asing.
“Pada intinya kami ingin 5G ini hadir tepat waktu, sesuai dengan kesiapan ekosistem. Kesiapan ekosistem digitalnya seperti apa, seberapa banyak aplikasi lokal hadir, jadi ya kami sangat mendorong karya lokal menjamur ketika 5G ini ada,” tutup Ismail.