Home
/
Digilife

Liang Wenfeng: Sosok Di Balik DeepSeek yang Bikin AS Ketar Ketir

Liang Wenfeng: Sosok Di Balik DeepSeek yang Bikin AS Ketar Ketir

Aisyah Banowati31 January 2025
Bagikan :

Uzone.id – Dunia teknologi sedang digemparkan oleh DeepSeek yang mendadak booming di App Store AS. Kepopuleran DeepSeek bahkan berhasil mengalahkan ChatGPT sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh di AS. 

Produk yang lahir di tahun 2023 ini semakin populer ketika mereka meluncurkan model bahasa open-source perdana mereka bernama R1 pada November 2024 lalu.

Saking populernya, kehadiran DeepSeek berhasil membuat harga saham teknologi AS ambruk. Salah satunya, Nvidia yang turun 17 persen dalam sehari bursa, Microsoft turun 2,1 persen, hingga Dell Technologies 8,7 persen. 

Alhasil, Donald Trump kembali ketar-ketir karena AS memang terkenal sensitif dengan teknologi yang berasal dari Negeri Tirai Bambu tersebut.





Ide DeepSeek sendiri lahir dari sosok Liang Wenfeng yang berani menggelontorkan uang pada investasi untuk kecerdasan buatan, bertaruh pada chip AI, dan mengerahkan waktunya untuk menyusun tim pengembang. 

Berkat kepopuleran DeepSeek yang dapat dikatakan tidak terduga ini, banyak yang mulai mempertanyakan siapa sebenarnya sosok Liang Wenfeng? Berikut Uzone.id rangkum profilnya. 





Liang Wenfeng adalah seorang insinyur sekaligus salah satu orang yang masuk ke dalam jajaran eksekutif teknologi China yang sukses. Anak laki-laki yang lahir di Provinsi Guangdong ini kemudian melanjutkan pendidikan tinggi hingga magisternya di Universitas Zhejiang.

Untuk pertama kalinya, nama Liang Wenfeng banyak dicari-cari setelah ia datang dan menjadi salah satu pembicara dalam simposium tertutup yang dipimpin oleh Perdana Menteri China, Li Qiang. Sosok berusia 39 tahun tersebut terlihat duduk di antara akademisi senior, pejabat pemerintah, dan para pemimpin perusahaan. 

Dalam perjalanan kariernya, Liang Wenfeng terus menyoroti pergeseran besar dalam lanskap teknologi China. Tesisnya di tahun 2010—saat ia sedang menyelesaikan pendidikan magisternya—membahas topik yang disebut akan segera menjadi topik terhangat dalam AI China, ‘Improving Intelligent Tracking Algorithms for Surveillance Cameras’.

Sebelum berfokus pada pengembangan DeepSeek, Liang Wenfeng mendirikan dana lindung nilai (hedge fund). Perusahaannya terbilang sukses dengan portofolio mencapai lebih dari 100 miliar yuan atau setara dengan 13,79 miliar dolar AS (sekitar Rp197,33 triliun) di tahun 2021. 

Sayangnya, tekanan regulasi dari pemerintah China memaksanya untuk menutup salah satu produk investasi utama miliknya tersebut. Kemudian, ia memilih untuk fokus pada eksplorasi kecerdasan buatan tingkat lanjut. Dari sinilah DeepSeek berawal. 

Berbeda dengan perusahaan teknologi di China lainnya, DeepSeek lebih memilih untuk fokus pada riset fundamental dalam pengembangan model AI. Perhatian DeepSeek tercurah untuk mengembangkan model AI yang dapat digunakan oleh perusahaan lain dibanding membangun aplikasi pengguna akhir. 

Di bawah kepemimpinan Liang Wenfeng, DeepSeek menegaskan bahwa mereka tidak ingin hanya menjadi pengikut. 

“AI China tidak bisa selamanya hanya menjadi pengikut. Kita sering mengatakan ada kesenjangan satu hingga dua tahun antara AI China dan Amerika Serikat, tetapi perbedaan yang sebenarnya adalah antara orisinalitas dan imitasi,” tegas Liang, mengutip dari berbagai sumber. 

Salah satu langkah strategi DeepSeek adalah menerapkan sistem sumber terbuka (open-source) pada model AI mereka sehingga pengembang di seluruh dunia dapat mengakses dan memodifikasi kode dasar sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 

Keputusan DeepSeek bukan hanya berhasil membuat mereka mendapatkan perhatian, namun juga menciptakan standar baru dalam pengembangan AI. Saat ini, DeepSeek adalah salah satu harapan China dalam menghadapi persaingan teknologi dengan Amerika Serikat. 


populerRelated Article