Merek Android Lesu, Apple Moncer Sendirian di Pasar ASEAN
Ilustrasi foto: Shutterstock
Uzone.id - Ketika merek-merek smartphone Android struggle di kawasan Asia Tenggara, Apple justru makin moncer di lima negara pasar utama ASEAN, seperti Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Malaysia, setidaknya menurut laporan dari Counterpoint Research.
Firma analisis tersebut mencatat, terjadi penurunan pengiriman ponsel pintar sebesar 13 persen dibandingkan tahun lalu. Alasan utamanya, permintaan yang menurun dan masih banyak negara yang dibayang-bayangi oleh inflasi.Dibanding merek-merek smartphone Android lain, pangsa pasar Apple justru meningkat dari 6 persen menjadi 7 persen, dimana Vietnam dan Indonesia menjadi pasar iPhone yang terus bertumbuh.
Dilaporkan Counterpoint, iPhone 13 dan iPhone 14 Series menjadi primadona di negara-negara Asia Tenggara dengan pertumbuhan pengiriman signifikan mencapai 18 persen (YoY) pada Q1-2023.
Beda jauh dengan merek-merek smartphone Android yang justru mengalami penurunan pengapalan dibandingkan tahun lalu.
Vivo menjadi brand dengan penurunan volume pengapalan tertinggi mencapai -26 persen, demikian juga dengan pangsa pasarnya yang anjlok sampai 3 persen dibanding kuartal yang sama di tahun sebelumnya.
Samsung masih jadi penguasa pangsa pasar smartphone se-Asia Tenggara dengan jumlah pangsa pasar 21 persen. Akan tetapi, perusahaan asal Korea Selatan ini juga bernasib sama dengan total pengiriman ponsel yang jeblok sampai -16 persen dan market share turun 1 persen dibanding tahun sebelumnya.
Kendati sama-sama menderita penurunan pengapalan, Realme dan Oppo justru mencatatkan raihan positif soal persentase pangsa pasar di ASEAN. Pasar keduanya masing-masing naik 1 persen di Asia Tenggara, sementara pesaing lainnya seperti Xiaomi masih stagnan dengan pangsa pasar 14 persen.
Di antara banyak merek smartphone Android yang struggling, Infinix boleh dibilang mendulang hasil yang begitu positif di kuartal pertama tahun ini. Menjadi mitra resmi untuk liga eSports Mobile Legends di Filipina, berhasil mengangkat pamor brand asal Hong Kong tersebut.
Secara keseluruhan, meskipun volumenya tidak sebanding dengan merek-merek ternama, pertumbuhan Infinix di 5 negara utama Asia Tenggara tumbuh 41 persen pada Q1-2023.
Penjualan smartphone low-end dan premium naik
Lebih lanjut dalam laporannya, Counterpoint melihat ada dua segmen ponsel yang disukai konsumen pada kuartal pertama tahun ini, yakni smartphone low-end dengan harga dibawah USD200 (Rp2,9 jutaan) dan ponsel premium dengan harga USD600 (Rp8,9 jutaan).
Smartphone murah mengalami pertumbuhan sebesar 4 persen, meski volume secara keseluruhan menurun. Sementara itu, pengiriman smartphone kelas premium terus meningkat dan mengalami pertumbuhan 4 persen juga dibanding kuartal yang sama di tahun sebelumnya.
Justru, pengapalan smartphone kelas menengah ke atas dengan rentang harga di atas USD200 sampai USD600 turun di seluruh wilayah.
"Asia Tenggara berada pada tahap di mana tipe konsumen yang berbeda berperilaku dengan cara yang berbeda. Pembeli smartphone kelas bawah mulai pulih tetapi mereka belum sampai di sana,” papar Glen Cardoza, Analis Senior Counterpoint.
“Pembeli ponsel menengah ke atas mempertahankan dompet mereka dan memperluas kepemilikan ponsel mereka, sementara pembeli ponsel pintar kelas atas hingga premium tidak terpengaruh oleh situasi ekonomi. Konsumen ini keluar dan memilih untuk membeli seri S, ponsel lipat, dan iPhone," pungkasnya.