Home
/
Film

Film Pendek Olaf yang Menghilang dari Pemutaran Coco

Film Pendek Olaf yang Menghilang dari Pemutaran Coco

Nuran Wibisono18 December 2017
Bagikan :

Alissa Wilkinson sedang duduk dengan tenang di kursi bioskop, menanti Coco ditayangkan. Film animasi ini berkisah tentang seorang anak 12 tahun bernama Miguel Rivera yang tanpa sengaja berpindah ke dunia orang mati.

Ide cerita ini mengambil konsep Dia de Muertos, sebuah tradisi di Meksiko yang memperingati kematian para leluhur. Di Meksiko, Dia de Muertos menjadi hari libur nasional yang diperingati setiap 31 Oktober dan berakhir pada 2 November. Sejak 2008, Dia de Muertos dimasukkan dalam daftar Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh UNESCO.

Wilkinson, juga ribuan penonton lain di seluruh dunia berangkat dengan tujuan utama menonton Coco. Tapi para penikmat film-film rilisan Pixar sudah tahu, akan selalu ada film animasi pendek yang ditayangkan sebelum film utama dimulai. Untuk menemani Coco, film animasi pendek yang diputar adalah Olaf's Frozen Adventure, film sempalan Frozen, yang berkisah tentang petualang Olaf, sang boneka salju dalam menyambut Natal.

Namun, ternyata film ini menimbulkan kegelisahan banyak orang.

"Sekitar 10 menit setelah Olaf diputar, seorang pria berusia 20-an berbisik dan bertanya, 'Ini film Coco kan?", yang lalu ditimpali pertanyaan serupa dari seorang bapak tiga baris di belakangnya. Wilkinson mengangguk.

Olaf's Frozen Adventure memang tidak bisa dianggap sebagai film pendek yang selalu muncul di film-film Pixar sebelumnya. Pasalnya, durasi Olaf's mencapai 21 menit. Maka, beberapa orang yang kesal di bioskop itu keluar
dari gedung dan menanti Coco dimulai. Wilkinson menuliskan pengalamannya itu untuk Vox.

"Sebagian besar orang yang pernah menyaksikan film Pixar, mereka tahu akan ada film pendek sebelum film utama, dan itu bukan masalah. Tapi kalau kamu tidak bersiap untuk film pendek 21 menit, Olaf's Frozen Adventure terasa tak ada akhirnya," tulis Wilkinson.

Di Meksiko, kekesalan serupa juga menyeruak. Situs berita Mexico, Excelsior, menulis tentang kekesalan terhadap Olaf's yang terlalu panjang. Selain itu, pemutaran Olaf's tanpa pengumuman durasi dianggap "memaksa" penonton menyaksikan sesuatu yang tak ingin mereka tonton. Beberapa beranggapan, kehadiran Olaf's adalah bentuk rasisme.

"Para penonton keluar dari gedung bioskop dengan protes," tulis Excelsior. "Jaringan bioskop mendengarkan protes kalian, kamu sekarang akan menyaksikan Coco tanpa film pendek Frozen."

Setelah mendapat kritikan keras soal durasi yang terlalu panjang, akhirnya Disney memutuskan menarik Olaf's dalam seluruh bioskop di Amerika Serikat pada 8 Desember 2017. Hal serupa juga dilakukan di Indonesia lewat jaringan XXI.

Lewat akun Twitter resmi Cinema XXI, mereka menulis: "Info: atas permintaan pihak studio, sejak 15 Desember film pendek Olaf's Frozen Adventure sudah tidak ditayangkan sebagai pembuka film animasi Coco."

Namun di Indonesia, para penonton terbelah. Beberapa mengatakan bahwa Olaf's adalah film pendek yang bagus dan seru. Sejumlah penonton lainnya mengatakan penghentian itu tepat, karena durasi yang memang terlalu panjang. Dan tentu saja, khas Indonesia, ada yang membawanya ke isu agama. Penghentian film Olaf's dianggap merupakan pemaksaan pihak yang tak suka melihat atribut Natal.

Infografik Olafs frozen adventure
Preview

Film Pendek Pixar yang Menembus Batas

Para penonton setia film-film rilisan Pixar tentu tahu bahwa akan ada film pendek sebelum film utama dimulai. Tradisi ini dimulai sejak film A Bug's Life (1998). Saat itu, yang ditayangkan adalah Geri's Game, film animasi dengan durasi 5 menit yang mengisahkan tentang permainan catur antara orang tua bernama Geri melawan dirinya sendiri. Film ini meraih penghargaan Best Animated Short Film di Academy Award 1998.

Sejak saat itu, semua film Pixar selalu menyertakan film pendek sebagai pembuka film utama. Toy Story 2 (1999) menyertakan Luxo Jr. (1986). Ratatouille membawa Lifted (2006), Finding Dory (2016) menayangkan Piper (2016). Durasinya beragam, mulai 2 menit (The Adventures of André and Wally B.) hingga 7 menit semisal La Luna (2011). Dengan durasi yang pendek, film-film animasi tambahan itu tak terasa mengganggu sama sekali.

Selain itu, penonton juga bisa menyaksikan bagaimana Pixar tumbuh besar melalui keberagaman ide dan gaya pembuatan, juga imajinasi yang tak terbatas. Ide segar menjadi bahan bakar Pixar. Maka, kita bisa menyaksikan bagaimana Sanjay Patel menghadirkan kultur Hindu di Sanjay's Super Team, kesepian yang dihadapi dengan keriangan yan di Geri's Game, hingga anak lelaki Italia yang memanjat bintang lewat La Luna. Idenya memang tampak sepele. Tapi film-film Pixar menampilkan pesan bahwa imajinasi itu amat penting.

Pendekatan seperti itu membuat film-film buatan Pixar terasa universal. Ia bisa ditonton oleh segala umur. Disukai bocah-bocah kecil, dan digemari oleh orang dewasa. Film Pixar juga melintasi batasan gender, kesukuan, maupun agama.

Secara bisnis, film pendek Pixar ini juga punya tujuan memamerkan keahlian mereka untuk para klien maupun calon klien. Setelah Toy Story dirilis dan menjadi salah satu film penting di film animasi, klien Pixar membeludak. Dari Toppan Printing, Volkswagen, Toys "R" Us, Levi's, Coca-Cola, hingga McDonald's.

Namun, film-film pendek itu bukan hanya bertujuan bisnis. Bukan pula sekadar keisengan dan bonus. Selain bisa menjadi portofolio bagi para sutradara dan animator baru, film pendek rilisan Pixar juga punya visi yang lebih jauh: mencoba mendobrak batasan.

Helen Haswell dalam makalah "To Infinity and Back Again: Hand-drawn Aesthetic and Affection for the Past in Pixar’s Pioneering Animation" (2014), mengatakan kehadiran film animasi pendek itu menjadi semacam hasrat Pixar untuk menunjukkan hasil riset dan perkembangan studio itu sendiri. Mereka ingin mencoba sejauh mana ide dan usaha mereka bisa mendobrak tembok dan batasan yang ada. Selain itu, di Pixar selalu ada gairah untuk mencoba gaya baru pembuatan film animasi, ataupun pembauran yang bisa dipakai.

"Film pendek yang dianalisis di makalah ini mendemonstrasikan fleksibilitas alamiah dari lingkungan digital guna mencapai bentuk estetika yang diinginkan. Caranya adalah merayakan berbagai gaya dan teknik."
Baca juga artikel terkait FILM ANAK-ANAK atau tulisan menarik lainnya Nuran Wibisono
Tags:
populerRelated Article