Home
/
News

Orangutan Tewas dengan 130 Peluru Bersarang di Tubuhnya

Orangutan Tewas dengan 130 Peluru Bersarang di Tubuhnya
Siska Nirmala Puspitasari07 February 2018
Bagikan :

Sebanyak 48 butir peluru dari jenis senapan angin dikeluarkan dari mayat individu Orangutan. Hal ini terungkap setelah dilakukan otopsi di Rumah Sakit Pupuk Kaltim di Kota Bontang pada Selasa, 6 Februari 2018 malam, hingga Rabu dini hari.

Manager Perlindungan Habitat Centre for Orangutan Protection (COP) Ramadhani dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Samarinda, Rabu pagi, menjelaskan bahwa tidak semua butir peluru yang bersarang di tubuh primata itu dikeluarkan oleh tim otopsi.

"Otopsi berlangsung selama sekitar empat jam dan ada 48 butir peluru yang dikeluarkan dari tubuh orang utan yang mati itu," kata Dhani yang bersama tim dari COP turut serta dalam kegiatan otopsi yang dilakukan Polres Kota Bontang dan Kutai Timur serta KLHK.

COP adalah sebuah organisasi yang berfokus pada pelestarian dan perlindungan orang utan di Indonesia, salah satunya di Kalimantan Timur.

Menurut ia, jumlah 48 butir peluru itu masih jauh lebih sedikit dari hasil foto rontgen yang mendeteksi setidaknya ada lebih kurang 130 butir peluru yang bersarang di tubuh orang utan itu.

"Peluru itu hampir merata di sekujur tubuh orang utan, tapi terbanyak di bagian kepala terdeteksi ada 74 butir peluru. Sisanya ada di bagian tangan, kaki dan dada," ungkap Dhani.

Ia menambahkan, banyaknya tembakan yang diterima pada bagian kepala, termasuk di sekitar mata, mengakibatkan kedua mata Orangutan itu mengalami kebutaan.

Tim otopsi juga menemukan banyak bekas luka di sekujur tubuh primata itu, ada juga luka terbuka masih baru sebanyak 19 titik yang diduga dari benda tajam.

"Jadi, dugaan sementara penyebab kematian Orangutan itu karena adanya infeksi luka lama ataupun yang baru terjadi," jelas Dhani.

Individu Orangutan berkelamin jantan dengan usia sekitar 5-7 tahun itu dilaporkan mati pada Selasa, 6 Februari 2018 dini hari saat menjalani perawatan di Balai Taman Nasional Kutai (TNK) di Kota Bontang.

Primata itu dievakuasi dari area TNK pada Minggu, 4 Februari 2018, setelah ditemukan warga dalam kondisi mengenaskan di wilayah Desa Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim, pada Sabtu, 3 Februari 2018.

Dhani mengungkapkan, sekitar 130 butir peluru yang bersarang di tubuh primata itu adalah yang terbanyak dalam sejarah konflik antara Orangutan dengan manusia yang pernah terjadi di Indonesia.

Menurut data COP, pada Mei 2016 pernah terjadi kasus serupa dengan lokasi yang tidak terlalu jauh dari area penemuan terbaru ini, namun kasus itu tidak terungkap hingga sekarang.

"Kami akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan KLHK untuk sama-sama mengungkap kasus kematian Orangutan ini. Pengalaman dua pekan lalu pembunuhan orang utan di Kalahien, Kalimantan Tengah, bisa terungkap oleh Polda Kalteng, sehingga kami yakin aparat penegak hukum dapat menyelesaikan kasus di Kaltim," tuturnya.

populerRelated Article