Home
/
Digilife

Pengamat: Kalau Takut Berlebihan Pakai AI Seperti DeepSeek, Kita yang Rugi!

Pengamat: Kalau Takut Berlebihan Pakai AI Seperti DeepSeek, Kita yang Rugi!

Aisyah Banowati06 February 2025
Bagikan :

Uzone.id – Kehadiran DeepSeek benar-benar mengguncang dunia teknologi. Perbincangan mengenai DeepSeek masih hangat di mana-mana. 

Salah satu yang menarik dari DeepSeek karena chatbot AI asal China tersebut mempublikasikan hasil kerja mereka secara open source sehingga siapa saja bisa mendapatkan manfaat dari aplikasi yang mereka kembangkan. 

Nantinya, setiap orang dapat memiliki server AI mereka sendiri, seperti DeepSeek, yang mana hal tersebut tidak dapat dilakukan dengan ChatGPT. 



Ide segar yang dibawa oleh DeepSeek ini telah menciptakan sebuah ‘start’ yang dapat membuka peluang mereka mengalahkan para perusahaan teknologi besar dengan dana dan sumber daya yang hampir tidak terbatas. 

DeepSeek menggunakan pendekatan pengembangan AI yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh perusahaan rintisan di AS yang haus prosesor dan daya listrik yang mengakibatkan pembengkakan biaya. 

Hanya dengan biaya sekitar empat persen dari yang dikeluarkan OpenAI—perusahaan induk ChatGPT—DeepSeek mampu memberikan layanan asisten AI yang setara. Alhasil, harga saham di tujuh perusahaan IT terbesar dunia pun mengalami keruntuhan. 





Sayangnya, isu keamanan data kini tengah membayangi DeepSeek. Selain AS, pemerintah Taiwan dan Jepang mulai mengeluarkan peringatan bagi pekerja di sektor publik untuk tidak menggunakan DeepSeek. 

Lantas, bagaimana di Indonesia? 

Pada dasarnya, DeepSeek sama seperti chatbot AI lain yang telah terlebih dahulu ramai digunakan. Servernya sama-sama bukan berada di Indonesia, dengan data yang berada di bawah pengawasan penguasaan masing-masing perusahaan. 

Data yang dihimpun oleh DeepSeek sendiri tidak lebih banyak dari data aplikasi-aplikasi lain yang kita gunakan sehari-hari (WhatsApp, Instagram, dll). 

Padahal, aplikasi tersebut jauh lebih banyak mengambil data seperti lokasi, history search, hingga konten yang paling sering diakses. 

“Kalau gara-gara kekhawatiran berlebihan ini kita jadi ketakutan menggunakan AI, kita (Indonesia) akan rugi besar. Indonesia ini sudah tertinggal jauh dalam perlombaan pengembangan aplikasi AI dan implementasi AI. Sementara negara lain sudah melaju kencang dengan AI, kita malah ketakutan sendiri dengan AI dan kita tidak memanfaatkan AI dengan optimal untuk kepentingan kita,” ungkap praktisi cyber security Vaksincom, Alfons Tanujaya dalam keterangannya yang diterima Uzone.id

Malah, hadirnya DeepSeek dapat menjadi solusi untuk membantu meningkatkan produktivitas. Baik Deepseek maupun ChatGPT telah memberikan layanan gratis dengan batas penggunaan tertentu. 

“Justru dengan adanya Asisten AI Open Source ini, hal ini merupakan kesempatan emas bagi kita di Indonesia untuk segera mengejar ketertinggalan. Semua orang berlomba-lomba mengupdate dirinya dengan AI dan membiasakan diri menggunakannya, tetapi dengan mengetahui batas dan kelemahan AI. Jadi jangan dipercaya 100 persen karena tidak ada jaminan informasi yang dihasilkan oleh AI 100 persen akurat,” tutup Alfons.

populerRelated Article