Review Harian BYD Sealion 7: Pantas Bikin SUV Jepang Ketar-ketir

Uzone.id - Ingat peluncuran BYD Seal tahun lalu? Begitu muncul mobil ini langsung populer. Bahkan sempat menyandang sebagai sedan dan mobil listrik terlaris beberapa waktu lalu. Cuma ada satu kegelisahan calon pengguna mobil itu. Ceper.
Ya, BYD Seal memang terlihat seakan tanpa cela. Bodi menarik, performa gesit, dan harga yang masuk akal. Cuma untuk pengguna di Indonesia yang masih menyisakan keraguan karena ground clearance-nya yang rendah.Maklum, jalan di Indonesia, termasuk di kota besar, masih banyak yang berlubang dan punya polisi tidur yang tinggi. Jadi bawa mobil sedan tentu gak senyaman SUV.
Itulah kenapa begitu BYD Sealion 7 hadir, mobil ini langsung laris. Bukan cuma karena bentuknya yang macho, tapi juga beberapa penyempurnaan dari BYD Seal yang padahal sudah sangat bagus spesifikasinya.
Berikut adalah impresi kami terhadap BYD Sealion 7 yang sudah kami kendarai sepanjang 1.000 km, dan melewati berbagai medan. Jalan halus, jalan rusak, jalan becek, menanjak, turun terjal dan sebagainya.

Desain: Tampilan Macho yang Gak Semua Orang Suka
BYD Sealion 7 memang punya tampang yang tidak jauh berbeda dengan Seal, terutama di bagian depan. Tapi ada kesan yang lebih berotot, lebih tinggi, dan jelas lebih maskulin. Gril tertutup khas mobil listrik masih dipertahankan, dengan lekukan-lekukan tajam di kap mesin yang menambah kesan garang. Sorot lampunya tipis memanjang, bikin terkesan garang kalau dilihat dari depan.
Dari samping, tubuhnya memanjang dengan proporsi SUV coupe yang kekar. Wheel arch-nya tebal dan diisi velg besar 20 inci berbalut ban Michelin Pilot Street EV 245/45 dengan desain velg kipas menyilang yang terlihat futuristis.
Siluetnya ramping tapi kokoh, dengan garis atap yang sedikit menurun ke belakang, seolah menyatu mulus dengan spoiler kecil di atas kaca belakang. Sealion 7 tidak mencoba tampil terlalu sporty, tapi cukup tegas dalam menyampaikan identitasnya sebagai SUV modern.
Bagian belakangnya cukup sederhana, namun tetap elegan. Lampu LED belakang menyambung dari sisi ke sisi, dilengkapi aksen krom tipis yang membingkai logo BYD di tengah. Ada semacam “ducktail” mungil yang menyatu di pintu bagasi, memberi kesan aerodinamis meski mobil ini lebih tinggi dibandingkan Seal.
Namun, justru pada bagian depan inilah beberapa orang merasa sedikit ganjil. Saat dilihat dari sudut tertentu—terutama dari sisi samping atau agak menyudut ke depan—bagian mukanya terlihat terlalu tinggi dan mengotak.
Ini yang bikin sebagian orang merasa tampangnya agak kurang proporsional, terutama jika membandingkannya langsung dengan BYD Seal yang tampak lebih ramping dan seimbang. Elevasi bonnet yang tinggi memang memberi ground clearance yang lebih baik, tapi ada harga yang harus dibayar dari sisi estetika.
Secara keseluruhan, BYD Sealion 7 tetap tampil menarik dan modern, tapi tidak semua orang akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia punya karakter, tapi karakternya itu tidak seramah atau seluwes Seal. Itu menurut kami, kalau kalian?

Performa: 0-100 Kpj 4,5 Detik, Wajar Bikin SUV Jepang Ketar-ketir
BYD Sealion 7 yang kami coba adalah versi Performance, yang punya spesifikasi paling tinggi. Tenaganya 523 HP, torsi 690 Nm, baterai 82,6 kwh dan punya konfigurasi motor all wheel drive dengan akselerasi 0 ke 100 kpj hanya dalam 4,5 detik. Gimana SUV Jepang gak ketar-ketir coba?
Sensasi tarikannya bukan sekadar cepat, tapi brutal dan halus di saat bersamaan. Begitu pedal ditekan dalam mode Sport, mobil langsung meluncur tanpa jeda, tanpa suara raungan mesin seperti mobil bensin cuma ada desiran halus motor elektrik yang justru bikin pengalaman berkendara terasa canggih.
Bahkan saat kami coba menyusul di tanjakan curam sambil membawa empat penumpang dan bagasi penuh, mobil ini tetap ngacir seolah tak terbebani.
Respons setirnya juga patut diacungi jempol. Meskipun ini SUV dengan bobot di atas 2 ton, tapi feeling setir tetap akurat dan cukup komunikatif, terutama saat melibas tikungan di kecepatan menengah.
BYD jelas men-tuning Sealion 7 ini bukan hanya untuk kenyamanan, tapi juga kenikmatan berkendara. Ground clearance-nya yang lebih tinggi dari BYD Seal membuat mobil ini lebih pede melibas jalanan rusak atau genangan air, tanpa harus bikin pengemudi nahan napas tiap ketemu polisi tidur.
Satu lagi yang bikin SUV Jepang patut waspada adalah kemampuan handling Sealion 7. Meskipun dimensinya besar, mobil ini terasa cukup stabil di kecepatan tinggi dan minim body roll.
Suspensinya terasa kaku tapi tetap nyaman, pas banget untuk SUV yang ditargetkan buat pengguna urban yang suka performa tanpa mengorbankan kenyamanan keluarga.
Jadi wajar kalau SUV Jepang mulai gelisah. Karena BYD Sealion 7 bukan cuma sekadar hadir dengan tenaga besar dan fitur lengkap, tapi juga menghadirkan rasa berkendara yang menyenangkan, dan itu yang selama ini sering jadi keunggulan merek Jepang. Kini, lawannya datang dari China—dan datangnya nggak main-main.

Kenyamanan yang Diam-diam Menenangkan
Desain atraktif, performa agresif, dan ternyata mobil ini juga tergolong nyaman. Padahal karakter suspensinya cenderung kaku. Tapi justru itu yang bikin penasaran—apa yang membuat Sealion 7 tetap terasa nyaman dibawa harian, bahkan untuk perjalanan jauh sekalipun?
Ternyata, BYD Sealion 7 Performance menggunakan suspensi depan double wishbone dan belakang multi-link, dipadukan dengan teknologi peredam kejut FSD (Frequency Selective Damping). Kombinasi ini cukup umum ditemukan di mobil-mobil performa menengah ke atas, dan ternyata memang memberikan efek langsung ke rasa berkendara.
Suspensi double wishbone di bagian depan bekerja dengan menjaga kestabilan saat mobil bermanuver, terutama ketika menikung tajam atau melintasi permukaan jalan yang tidak rata. S
edangkan multi-link di bagian belakang membantu menyerap guncangan tanpa membuat bagian belakang mobil terasa liar atau limbung, terutama saat melibas jalan bergelombang atau polisi tidur.

Sementara itu, teknologi FSD yang disematkan di sistem suspensinya bertugas menyesuaikan tingkat kekakuan redaman secara otomatis tergantung pada kondisi jalan dan gaya berkendara. Saat jalan halus, suspensinya terasa cukup lembut. Tapi ketika mobil melaju lebih cepat atau memasuki tikungan, redamannya terasa lebih kaku untuk menjaga kestabilan.
Kesan kaku yang awalnya sempat kami rasakan ternyata justru menjadi nilai tambah ketika dibawa jarak jauh. Tidak ada limbung berlebihan, tidak ada ayunan bodi yang bikin penumpang mabuk. Mobil tetap terasa padat dan terkendali.
Kenyamanan juga makin terasa karena getaran dari permukaan jalan cukup minim masuk ke dalam kabin. Ditambah lagi dengan kabin yang senyap—berkat penggunaan kaca depan dan samping ganda (double glass)—suara dari luar seperti deru ban di aspal kasar, sambungan beton, sampai knalpot motor jadi sangat minim terdengar dari dalam.
Secara keseluruhan, BYD tidak mencoba membuat Sealion 7 jadi SUV yang super empuk. Tapi mereka cukup pintar mengatur keseimbangan antara rasa sporty dan kenyamanan yang masih bisa diterima untuk penggunaan harian, bahkan di jalanan Indonesia yang kondisi permukaannya kadang sulit diprediksi.

Fitur Keselamatan yang Gak Main-main
Bicara soal fitur, mobil ini memang luar biasanya banyak sekali, khas mobil Tiongkok. Harga terjangkau fitur berlimpah. Tapi apa iya itu semua berguna, atau sekadar gimmick?
Tak bisa kami sebutkan satu persatu fiturnya, karena memang sebanyak itu. Tapi ada beberapa fitur yang menurut kami memang sangat relevan dan berguna saat memakai mobil ini.
Salah satunya adalah Predictive Collision Warning, yang beberapa kali memberi peringatan dini ketika ada kendaraan di depan melambat mendadak bahkan sebelum kaki kami sempat menginjak rem. Bukan cuma bikin aman, tapi juga bikin pengemudi lebih waspada, apalagi di lalu lintas yang pengemudinya cenderung ugal-ugalan, seperti di Jakarta.
Kemudian ada Automatic Emergency Braking (AEB). Fitur ini pernah aktif saat sebuah sepeda motor tiba-tiba memotong jalur di tengah kemacetan. Mobil langsung mengerem sendiri dengan halus, bukan mengagetkan, tapi cukup menyelamatkan dari potensi insiden kecil yang bisa jadi panjang urusannya.

Emergency Lane Keeping Assist (ELKA) dan Lane Departure Assist (LDA) juga termasuk yang terasa manfaatnya. Saat berkendara di tol yang garis jalannya mulai pudar, atau ketika pengemudi mulai sedikit kelelahan, mobil ini bisa otomatis memberi koreksi halus di setir agar tetap di jalur. Bukan hanya buat pengemudi pemula, tapi buat siapa pun yang pernah mengalami micro-sleep di perjalanan panjang, ini fitur yang bisa sangat membantu.
BYD juga membekali Sealion 7 dengan Driver Fatigue Monitoring (DFM) dan Sistem Pemantauan Pengemudi. Kamera kecil di dalam kabin diam-diam membaca ekspresi wajah dan posisi kepala.
Kalau kita terlihat lelah atau terlalu sering menunduk, sistem akan memberi peringatan suara dan visual di MID. Cukup mengganggu kadang, tapi memang itu tujuannya, supaya kita istirahat.

Ada juga Intelligent Cruise Control (ICC) yang bukan cuma menjaga kecepatan, tapi juga bisa menyesuaikan jarak otomatis dengan kendaraan di depan. Ini membantu waktu melaju di tol, apalagi di kecepatan konstan. Mobil terasa pintar membaca situasi, dan transisi perlambatannya juga halus.
Untuk parkir, sistem parkir otomatis berbasis sensor dan radar bikin hidup jadi lebih gampang. Masuk parkiran sempit atau mundur ke tempat terbatas jadi jauh lebih mudah, apalagi mobil ini dimensinya cukup besar. Semua ini didukung oleh 9 airbag yang tersebar di berbagai titik, dari depan, samping, sampai tirai samping atas.
Lalu ada fitur Intelligent Torque Adaption Control (iTAC)—yang bekerja secara otomatis tanpa pengemudi sadari. Saat kami melintas di jalan berlumut setelah hujan, mobil tetap stabil, tidak ada gejala selip di tikungan, dan distribusi tenaga ke roda terasa sangat halus.
Fitur ini menjaga traksi tetap optimal meski di kondisi permukaan jalan yang licin atau tidak rata. Cocok buat medan seperti gang sempit di perumahan yang sering ada genangan air atau jalanan curam dan kasar di pinggiran kota.
Sementara itu, fitur Windshield Head-Up Display (W-HUD) sangat membantu menjaga fokus. Informasi penting seperti kecepatan, arah navigasi, hingga peringatan aktif langsung tampil di kaca depan, sejajar dengan pandangan jalan.
Efeknya, kita nggak perlu lagi terlalu sering melirik ke layar tengah atau kluster instrumen. Tapi saran saya, jangan semua informasi dimasukan di fitur ini, cukup navigasi dan info kecepatan aja, karena kalau berlebihan justru bisa ganggu pandangan pengemudi.

Soal infotainment juga nggak ketinggalan. Layar sentuh besar di tengah dashboard punya tampilan yang responsif dan mudah dioperasikan. Dan yang paling penting, sudah mendukung Android Auto dan Apple CarPlay secara wireless.
BYD Sealion 7 juga menyediakan wireless charging dengan daya hingga 50 watt. Ini bukan sekadar fitur standar—dengan daya sebesar itu, ponsel flagship seperti Samsung Galaxy S25 Ultra bisa diisi ulang cukup cepat, bahkan sambil digunakan untuk navigasi atau streaming musik.
Selama kami mencoba, pengisian terasa stabil dan yang paling mengejutkan: ponsel tidak jadi panas berlebihan, yang biasanya jadi masalah umum saat wireless charging sambil aktif digunakan. BYD tampaknya merancang sistem ventilasi pada wireless pad-nya dengan cukup baik, jadi panas bisa tersebar tanpa bikin perangkat overheat.

Kesan Setelah Sepekan 1.000 Kilometer
Sudah sepekan dan odometer nyaris tembus 1.000 kilometer dari pertama kali kami menggunakan Sealion 7, rasa-rasanya belum cukup puas untuk mengeksplorasi lebih lengkap tentang mobil ini. Karena memang sebanyak itu fitur atau hal menarik yang layak dikulik.
Secara keseluruhan mobil ini memang amat memikat, terlebih lagi versi AWD yang kami coba. Bukan sekadar buat kencang, tapi fitur ini juga bikin mobil lebih asik dikendarai. Sekaligus bisa membantu untuk melewati berbagai jenis jalanan, walau sebenarnya versi RWD pun sudah cukup.
Konsumsi energinya terbilang hemat untuk mobil sebesar itu. Rata-rata kami bisa mencapai sekitar 16 kWh per 100 km, yang kalau dikonversi berarti 1 kWh bisa menempuh sekitar 6,25 kilometer.
Dengan kapasitas baterai 82,6 kWh, jarak tempuh real-nya bisa mendekati 500 kilometer dalam satu kali isi penuh—tergantung gaya berkendara, kondisi jalan, dan penggunaan AC.
Kalau dihitung-hitung, dengan asumsi tarif listrik rumah tangga sekitar Rp 1.600 per kWh, maka untuk menempuh PP Bekasi - Pancoran sejauh 50 km hanya membutuhkan biaya sekitar:
- 8kWh x Rp 1.600 = Rp 12.800.
Artinya, untuk menempuh 1 kilometer, kita hanya menghabiskan sekitar Rp 256 saja. Bandingkan dengan mobil bensin yang konsumsi rata-ratanya 1:10, di mana harga bensin saat ini sekitar Rp 13.000/liter—biaya per kilometernya bisa lebih dari dua kali lipat. Ini yang bikin Sealion 7 terasa masuk akal untuk dipakai jarak jauh atau harian.

Selama perjalanan, kami melewati berbagai medan: kemacetan dalam kota, jalan tol antar kota, tanjakan curam di daerah Puncak, hingga jalan beton rusak di pinggiran Bekasi. BYD Sealion 7 menangani semuanya tanpa banyak keluhan.
Suspensinya mungkin terasa sedikit firm, tapi dibayar dengan pengendalian yang stabil dan kabin yang tetap nyaman. Apalagi dengan kabin yang senyap dan sistem audio yang cukup enak di telinga.
Hal kecil yang kami apresiasi juga ada di kualitas material interior. Selama perjalanan panjang, semua panel terasa solid, tidak ada bunyi "gluduk-gluduk" dari dasbor atau pintu yang kadang muncul di mobil dengan peredam buruk.
.jpg/800)
Joknya juga menopang tubuh dengan baik, terutama untuk pengemudi. Tidak terlalu empuk, tapi cukup ergonomis untuk menjaga badan tetap rileks di perjalanan panjang.
Satu hal yang juga penting, selama 1.000 kilometer pemakaian kami tidak pernah merasa kehabisan fitur. Mulai dari ADAS, HUD, pengisian cepat, hingga Android Auto nirkabel, semuanya terpakai sesuai kebutuhan.
Tidak ada fitur yang terasa mubazir, dan ini membuat kami merasa bahwa mobil ini dirancang bukan cuma untuk pamer spesifikasi, tapi memang untuk dipakai dengan nyaman dan aman dalam berbagai kondisi.
