Home
/
Film

Review: Kisah Hambar Anti-Klimaks dari Anti-hero ‘Venom’

Review: Kisah Hambar Anti-Klimaks dari <i>Anti-hero</i> ‘Venom’
Hani Nur Fajrina04 October 2018
Bagikan :

Spoiler-free.

Uzone.id -- Sedikit berbeda dari penggemar komik Marvel yang nggak sabar menyaksikan film solo tentang anti-hero Venom, gue semangat murni karena Tom Hardy. Aktor favorit gue satu ini memang menjadi penyelamat dari film hambar ini.

Genre superhero satu ini memang tidak diproduksi oleh Marvel Cinematic Universe (MCU). Lisensi Venom masih dipegang oleh Sony Pictures, studio yang awalnya memegang hak sepenuhnya dari karakter Spider-Man.

Gue nggak bilang gue cenayang, tapi seharusnya semua sudah jelas dari trailer pertama. Pengemasan trailer ‘Venom’ dari Sony sangat berbeda dari film-film garapan MCU. Dari situ, tidak ada kesan tergugah sama sekali. Namun lagi-lagi semua bias karena gue ngefans sama Hardy jadi gue tetap berpikir positif.

Baca juga: Sudah Seminggu Tayang, 'Aruna dan Lidahnya' Tetap Bikin Perut Keroncongan

‘Venom’ pun akhirnya dirilis di Indonesia. Kisahnya pun sederhana. Reporter investigasi Eddie Brock (Hardy) yang memiliki karier cemerlang diminta untuk mewawancarai bos teknologi Silicon Valley, Carlton Drake (Riz Ahmed). Perusahaan Drake bergerak di bidang teknologi-sains gitu, dengan misi yang 11-12 dengan Elon Musk: mau membuat manusia bisa hidup berkelanjutan di luar angkasa. Bedanya, Drake mengembangkan simbiot yang bisa menghuni tubuh manusia agar kuat dan bertahan di antariksa.

Lalu kenapa bisa Brock jadi Venom? Seperti yang kalian tahu, gue nggak suka kasih spoiler, tapi yang jelas di suatu malam Brock terkena simbiot tersebut dan membuatnya kuat, lapar terus, dan suka berbicara dengan dirinya sendiri -- padahal yang berbicara dengannya adalah Venom, simbiot yang menghuni tubuhnya.

Film ini juga dibintangi oleh Michelle Williams sebagai kekasih Brock bernama Anne dan Jenny Slate yang berperan sebagai dokter Dora Skirth.

Preview

Tidak istimewa dan hambar

‘Venom’ sangat payah dari sisi storyline. Latar belakang kisah mengenai simbiot tidak terlalu diperdalam dan membuat film ini terasa begitu cepat berjalan.

Kehidupan pribadi Brock diceritakan hanya beberapa menit saja melalui dialog singkat dengan kekasihnya dan montage investigasinya di televisi untuk menunjukan bahwa Brock adalah seorang jurnalis. Dari situ, kita bisa tahu kalau Brock adalah orang yang cukup percaya diri karena sering tampil di TV dan nggak canggung bertemu orang baru.

Mungkin tim produksi ingin segalanya straightforward dan nggak mau bertele-tele, tapi plot yang dibangun malah terasa tergesa-gesa dan dangkal. Penonton nggak diberi kesempatan lebih dalam untuk mengenal Brock versi jurnalis terkenal yang jago menginvestigasi orang.

Formula yang digunakan oleh sutradara Ruben Fleischer sangat membosankan dan tidak menciptakan klimaks berarti. Tidak ada kejutan seru, semua mudah ditebak hingga film berakhir.

Beberapa detail seperti keintiman hubungan Brock dan Anne juga dideskripsikan melalui dialog saja, untungnya chemistry Hardy dan Williams terasa alami.

via GIPHY

Ngomong-ngomong soal dialog, nggak ada istimewanya dari ‘Venom’. Semuanya mediocre, alias biasa-biasa aja. Tentu hal ini sangat disayangkan mengingat karakter Venom sangat istimewa dan dicintai para fans karena keren, kejam terhadap orang jahat, berpenampilan khas -- badan kekar, tinggi, muka seram dengan lidah panjang.

Tom Hardy si juru selamat

Terlepas gue memang fans berat Hardy, gue harus akui nggak ada orang lain yang lebih cocok memerakan Venom selain dia. Paling tidak, di film ini Hardy berhasil memikat penonton dengan aktingnya yang bikin nagih sebagai Brock/Venom.

Mulai dari aksen bicaranya, bagaimana dia mengalami pengembangan karakter dari serba percaya diri menjadi pecundang, dan hubungannya dengan Venom.

via GIPHY

Suara Venom yang diisi oleh Hardy sendiri juga cukup menarik dan mampu membawa kesan kalau dia memang parasit di tubuh Brock. Hubungan Brock dan Venom juga lumayan menghibur karena ada bumbu komedi di antara dialog keduanya.

Pada dasarnya film ini bisa dinikmati dengan popcorn renyah karena berbagai adegan action yang menghibur. Secara keseluruhan, ‘Venom’ tidak memberi klimaks yang impresif karena nihil momentum yang memorable sepanjang film… sampai akhirnya muncul credit scene.

‘Venom’ sudah tayang di jaringan bioskop Indonesia.

Selamat nonton!

populerRelated Article