Sepi Peminat, Google Akhirnya Matikan Balon Internet Loon
-
Uzone.id - Induk perusahaan Google, Alphabet akhirnya mengambil langkah yang cukup krusial tahun ini. Mereka mematikan layanan balon internet yang digadang bisa menghadirkan akses jaringan ke wilayah rural. Sayang, balon internet Loon tak ada peminatnya.
Hal ini diungkap oleh CEO Project Loon, Alastair Westgarth baru-baru ini. Dikutip dari ZD Net, Jumat, 22 Januari 2021, Alastair mengungkap jika sampai saat ini tidak banyak perusahaan yang berminat untuk mengimplementasikan Google Loon. Mereka juga dinilai belum bisa membangun bisnis model yang berkelanjutan."Meskipun kami telah menemukan sejumlah mitra yang bersedia, kami belum menemukan cara untuk mendapatkan biaya yang cukup rendah untuk membangun bisnis jangka panjang yang berkelanjutan," tulisnya dalam posting blog Medium.
Baca juga: Nama Jalan di Google Maps Kini Lebih Spesifik
Dikatakan Alastair, mengembangkan teknologi baru yang radikal pada dasarnya berisiko, tetapi hal itu tidak membuat penyampaian berita ini lebih mudah.
"Hari ini, saya sedih untuk membagikan berita bahwa Loon akan dihentikan," kata Alastair.
Perusahaan ini terkenal karena menggunakan balon raksasa yang ditempatkan di ketinggian. Mereka bisa bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi global untuk mengirimkan internet ke pelosok dunia.
Bekas proyek Google X ini diluncurkan sebagai perusahaan independen Alphabet pada 2018, bersama Wing, bisnis drone Alphabet.
Juli tahun lalu, Alphabet mengatakan telah meluncurkan sekitar 35 balon Loon di Kenya. Puluhan balon itu akan menghantarkan layanan internet dengan cakupan 50 ribu kilometer kepada para pelanggan Telekom Kenya.
Baca juga: Google Maps Tampilkan Titik Jatuh Sriwijaya Air
Pada akhir tahun lalu, perusahaan menerapkan sistem navigasi baru yang mampu diterapkan otomatis untuk menavigasi balon dengan lebih baik daripada sistem navigasi balon asli, yang dibangun oleh para insinyur selama beberapa dekade terakhir.
Pada Oktober 2017, Loon diberikan izin oleh Komisi Komunikasi Federal AS untuk menggunakan balonnya guna memulihkan konektivitas ke Puerto Rico setelah kehancuran Badai Maria. Balon juga digunakan pada tahun 2017 ketika banjir El Nino menghancurkan sebagian Peru Utara, dan lagi pada tahun 2019 ketika gempa bumi berkekuatan 8,0 melanda Peru.