Home
/
Digilife

Serangan Siber di Indonesia Turun, ‘Cuma’ 5 Juta di Kuartal Kedua 2024

Serangan Siber di Indonesia Turun, ‘Cuma’ 5 Juta di Kuartal Kedua 2024
Vina Insyani02 September 2024
Bagikan :

Uzone.id — Serangan siber dari hari ke hari semakin beragam dan canggih, bahkan semakin sulit untuk dikendalikan. Tak heran kalau Indonesia saat ini berencana membentuk Akademi Keamanan Siber untuk penguatan keamanan siber.

Selama 2024 ini, serangan siber di Indonesia masih belum reda juga. Yang paling heboh terjadi adalah kebocoran data di Pusat Data Nasional Sementara 2 akibat serangan malware yang terjadi pada bulan Juni 2024 lalu.

Dampaknya pun cukup parah karena data-data kementerian dan lembaga-lembaga kenegaraan ada dalam sistem pusat data tersebut, yang paling fatal adalah kantor imigrasi dimana beberapa layanan paspor turut terganggu.

Dalam laporan terbaru Kaspersky Security Network (KSN) untuk kuartal II (Q2) 2024 yaitu April hingga Juni mendeteksi 4.785.898 ancaman serangan siber di lingkungan online. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, angka ini turun cukup signifikan, yaitu mencapai sekitar 38,08 persen.

Angka ini juga menurun sebanyak 18,38 persen dibandingkan dengan periode Januari hingga Maret (Q1 2024) tahun ini dengan 5.863.955 deteksi ancaman daring.

Selain itu, ancaman lokal juga mengalami penurunan dari periode sebelumnya, bahkan dari Q1 2024 juga, dimana Kaspersky mencatat ‘hanya’ ada 8.392.651 serangan lokal yang terdeteksi.

Secara keseluruhan, ada 18,4 persen pengguna internet di Indonesia diserang oleh ancaman berbasis web selama periode Q2 2024, menempatkan Indonesia di peringkat ke-105 di seluruh dunia dalam hal bahaya yang terkait dengan penjelajahan web.

Ancaman siber dari infeksi lokal pada komputer pengguna disebabkan oleh worm dan virus file yang muncul karena malware malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, serta metode offline lainnya.

Sementara ancaman siber lain yang terjadi secara daring antara lain karena tautan dan email phishing, aplikasi tak resmi dari pihak ilegal, kerentanan dalam sistem dan aplikasi, kata sandi yang lemah dan serangan siber dari jaringan Wifi publik.

Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara dan Negara Berkembang Asia (Asia Emerging Countries) Kaspersky mengatakan bahwa upaya serangan di dunia siber akan terus berkembang dalam hal teknis, target, dan eksekusinya. Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk memiliki jawaban atas semua kemungkinan skenario agar kehidupan digital semakin aman.

Pengguna internet harus menghindari tautan merugikan di email dan SMS, jangan mengunduh aplikasi dari toko tak resmi, jangan memberikan izin aksesibilitas ke aplikasi apa pun yang memintanya, jangan mengakses data atau situs sensitif lewat jaringan Wi-Fi publik.

Pengguna juga diminta untuk selalu memasang pembaruan sistem dan aplikasi, melakukan pembaruan maksimal dan menjalankan sistem anti-malware untuk mendeteksi ancaman siber lokal maupun daring.

populerRelated Article