Home
/
Health

Siapa Bilang 'Vaping' Lebih Aman?

Siapa Bilang 'Vaping' Lebih Aman?
TEMPO.CO14 January 2017
Bagikan :

Vaping atau vape yang sedang digandrungi masyarakat, terutama anak muda di perkotaan, merupakan rokok elektrik generasi keempat. Tidak seperti rokok konvensional yang mengeluarkan asap, vape menghasilkan uap berwarna putih. Vape biasanya memiliki berbagai varian rasa sehingga disukai konsumen.

Lantas, benarkah vape lebih aman bagi kesehatan ketimbang rokok biasa? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkategorikan vape sebagai electronic nicotine delivery system (ENDS), sejenis peralatan yang biasa digunakan untuk mengantarkan nikotin—zat yang juga terdapat dalam rokok konvensional—ke dalam tubuh pengguna.

Di sinilah letak persoalannya. Dokter spesialis paru Agus Dwi Santoso mengatakan vape tetap menggunakan nikotin, maka tingkat bahayanya tidak jauh berbeda dengan rokok konvensional. Agus menjelaskan, nikotin merupakan zat yang bisa menyebabkan ketagihan dan membuat rasa nyaman. Dalam jangka panjang, nikotin berpotensi menyebabkan penggumpalan di pembuluh darah.  

“Inilah yang menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung koroner, stroke, impotensi pada laki-laki, hingga infertilitas pada perempuan,” tuturnya. Agus menambahkan, penggunaan vape secara terus-menerus akan menyebabkan risiko yang sama dengan konsumsi rokok konvensional. 

Selain persoalan nikotin, vape juga berbahaya karena cairannya bisa diisi ulang dengan berbagai rasa sehingga lebih menarik bagi konsumen. Menurut Agus, potensi bahaya akibat cairan yang mengandung pengawet dan bahan kimia pada vape ini sangat besar. Cairan tersebut biasanya mengandung karsinogen, yang ditengarai bisa menyebabkan kanker. 

Agus menjelaskan, rokok elektrik ini memang tidak mengandung tar seperti rokok konvensional. Namun keberadaan zat karsinogen ini sudah cukup berbahaya bagi tubuh.

Agus menambahkan, beberapa negara Eropa saat ini sudah mengawasi dengan ketat keberadaan vape. Sebab, beberapa penelitian terbaru di Eropa menemukan bahwa terdapat indikasi cairan vape diisi dengan narkoba. 

Risiko tersebut harus diwaspadai karena di Indonesia belum terdapat aturan yang jelas mengenai vape. Aspek lain yang patut diwaspadai adalah keberadaan partikel uap yang dihirup saat mengkonsumsi vape. “Uap air memiliki partikel yang jauh lebih kecil dari asap sehingga sangat mudah masuk ke saluran napas,” ujarnya,

Agus menjelaskan, uap yang dihasilkan vape biasanya mengandung radikal bebas yang bisa menyebabkan berbagai keluhan saluran napas. Keluhan itu dari iritasi, tenggorokan terasa perih, hingga potensi asma atau kanker paru dalam jangka panjang.

Ia juga menuturkan kandungan nikotin dalam vape memang lebih rendah daripada rokok konvensional. Namun, dalam hal ini, tidak ada istilah mana yang lebih aman. Rokok konvensional maupun rokok elektrik generasi keempat ini sama-sama memiliki risiko tinggi yang sudah seharusnya dihindari.

BISNIS

Artikel lain:
Ganja Merusak Kesehatan Bukan Sekadar Mitos
Otak Kiri dan Otak Kanan, Lebih Penting Mana?
Mendeteksi Sehat atau Sakit dari Berkemih dan Wujud Urine

 

Berita Terkait:

populerRelated Article