Sudah 100 Hari Kerja, Apa Saja Pencapaian Kemkomdigi?
Uzone.id – Tak terasa Kemkomdigi telah memasuki periode 100 hari kerja. Di bawah kepemimpinan yang baru, Kemkomdigi telah mencatat sejumlah pencapaian yang bukan hanya mencerminkan komitmen pemerintah, tetapi juga harapan besar bagi masa depan digital Indonesia.
Setiap harinya, Kemkomdigi melakukan pemantauan layanan telekomunikasi untuk memastikan warga dapat mengakses layanan tanpa gangguan. Serta, mengusung berbagai langkah strategis untuk memastikan tidak ada masyarakat yang tertinggal, terutama dalam teknologi dan akses internet.
Membawa internet hingga ke pelosok negeri
Kemkomdigi telah membangun infrastruktur 4G di 320 lokasi blank spot melalui sinyal bersama dari berbagai operator seluler. Langkah ini menjadi katalisator transformasi digital.
Dengan adanya sinyal 4G, desa-desa yang sebelumnya terisolasi kini memiliki akses ke layanan kesehatan jarak jauh, pembelajaran berbasis teknologi, hingga peluang untuk mengembangkan ekonomi lokal melalui inovasi digital.
“Kami tidak ingin ada yang tertinggal di era digital ini. Setiap sinyal yang terhubung adalah langkah menuju pemerataan kesempatan,” ungkap Meutya Hafid.
Penyelesaian BTS 4G dan SATRIA-1
Kemkomdigi telah membawa cahaya teknologi ke sudut-sudut negeri. Tercatat, telah ada 490 lokasi BTS 4G yang telah dibangun dan 21.183 lokasi internet SATRIA-1 yang aktif melayani.
Kini, anak-anak di desa dapat mengakses internet secara leluasa seperti teman-teman mereka di kota. Di sisi lain, para petani dan nelayan bisa menjual produk mereka secara online sehingga membuka peluang ekonomi yang sebelumnya tidak terjangkau.
Membangun dari Timur Indonesia
Di Papua Kemkomdigi telah membangun infrastruktur telekomunikasi 4G, menghadirkan 10.631 Base Transceiver Station (BTS) yang terdiri dari 3.388 BTS oleh BAKTI (USO) dan 7.243 BTS milik operator seluler lainnya. Dari enam provinsi dan 42 kabupaten/kota, 7.305 desanya kini telah menikmati layanan 4G.
Harapannya, desa-desa di Papua dapat berkembang hingga sejajar dengan wilayah lain di Indonesia. Produk lokal juga dapat dipasarkan secara global, pendidikan menjadi lebih inklusif, dan komunikasi menjadi lebih mudah.
Implementasi SPBE
Seperti tubuh manusia yang membutuhkan sirkulasi darah lancar, birokrasi pemerintah juga membutuhkan sistem kerja yang efisien.
Dengan Indeks SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) mencapai 4,75—yang mana masuk kategori memuaskan—Kemkomdigi menduduki peringkat pertama di antara seluruh kementerian/lembaga.
Kemkomdigi juga telah membuktikan bahwa teknologi adalah darah baru untuk melawan korupsi dan melayani masyarakat secara lebih transparan.
Bagi Kemkomdigi, seratus hari pertama ini hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju Indonesia digital yang lebih maju.
Dengan semangat kerja sama dan inovasi, Kemkomdigi mengundang seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan ruang digital yang memberdayakan, aman, dan berkelanjutan.