Home
/
Startup

Volantis, Startup Lokal yang ‘Menyulap’ Tumpukan Data Jadi ‘Barang’ Berharga

Volantis, Startup Lokal yang ‘Menyulap’ Tumpukan Data Jadi ‘Barang’ Berharga
Hani Nur Fajrina27 January 2020
Bagikan :

(Tim Volantis. Foto: dok. volantisiq.com)

Uzone.id -- Kalau kamu hidup di era digital seperti sekarang, harusnya gak asing dengan istilah “data lebih berharga daripada minyak”. Bahkan, Presiden Joko Widodo aja baru mengatakan hal ini beberapa hari lalu.

Data dianggap sebagai komoditas yang nilainya sangat berharga. Lebih berharga bahkan ketimbang minyak. Data adalah ‘minyak’ baru. Begitu kira-kira bayangannya.

Namun, ternyata masih banyak saja institusi atau perusahaan yang belum sepenuhnya paham tentang seberapa berharganya data itu. Semuanya bisa mengklaim punya data, tapi ditumpuk begitu saja tanpa menjadi ‘komoditas’ yang seharusnya bisa lebih berharga.

Hal inilah yang menjadi visi dari startup lokal bernama Volantis.

Jangan histeris dulu ya, wahai fans ‘Game of Thrones’. Namanya memang mirip seperti salah satu kota di dunia Westeros bikinan George R. R. Martin dan gengnya. Tapi kali ini, kita bahas Volantis yang lain dulu ya, Volantis di dunia nyata.

Baca juga: Kenalan Sama Qiscus, Startup Lokal yang Bikin Platform Chat Buat Konsumen

Berdiri pada tahun 2015, awalnya startup digital ini bernama Kofera dan bergerak di bidang digital marketing automation. Pada masa itu, perusahaan e-commerce sedang berkembang banget dan mengandalkan sisi marketing agar dikenal publik. Maka, 80 persen klien Volantis adalah e-commerce.

“Kami itu bergerak di Big Data. Saat kliennya masih e-commerce, kita mengolah data trafik mereka agar bisa menjadi insight baru seputar habit user bikin personifikasi per user. Tapi makin ke sini, kami melihat bahwa akan lebih efektif kalau kliennya lebih luas lagi, jadi kita lebih general, gak cuma e-commerce aja,” ungkap Business Director Volantis, Albert Nicolaas saat berbincang dengan Uzone.id.

Kemudian pada akhir 2017, Kofera memutuskan untuk pivot agar kliennya gak cuma e-commerce, namun masih dalam ‘nafas’ yang sama, yakni menyediakan platform digital untuk meningkatkan pengolahan data perusahaan menjadi Big Data yang efektif dan efisien.

Berganti nama jadi Volantis, fokus startup ini membantu perusahaan untuk melakukan transformasi digital untuk menyongsong revolusi Industri 4.0.

“Indonesia sedang gencar Industri 4.0. Ada hal menarik, nih. Kita itu terlewat satu langkah. Industri 1.0 ‘kan listrik, Industri 2.0 mulai mesin, lalu point 3 ada digitalisasi, keempat automisasi. Nah, yang ketiga itu terlewat. Alhasil, kesulitan sekarang, kita harus edukasi market soal digitalisasi dulu, baru bisa benar-benar mewujudkan Industri 4.0. Ini tantangan kita,” lanjut Albert.

Terlepas dari gap antara mesin, digitalisasi, dan sekarang menuju otomisasi, Volantis menyediakan machine learning berupa Artificial Intelligence sebagai tulang punggung dari platform Big Data sebagai solusi yang memudahkan perusahaan untuk mengumpulkan data mereka.

Baca juga: ETab, Startup Lokal yang Sediakan Tablet Hiburan di Taksi

“Big Data itu penting karena, biasanya 60 persen dari data perusahaan adalah sampah. Data-data yang gak dibutuhin, jadi harusnya dibuang aja. Nah, perusahaan itu sering gak tahu mana yang sampah, jadi mereka nampung aja, jadi tumpukan. Akhirnya beli server terus, malah mahal dan gak efisien,” terang Albert.

Lalu, Albert juga menyinggung soal anggapan data lebih berharga dari minyak.

“Data itu bisa dimonetisasi, data yang berkaitan dengan pasar lho ya, bukan data pribadi pengguna. Dari data itu, mereka akan tahu marketnya, pesaingnya di mana. Semuanya data-driven decision, Ini yang membuat data bisa berharga banget. Fungsi dari Big Data sendiri, menghubungkan dan menghasilkan insight baru dari data tersebut, bukan malah mengendap data di dalam lemari saja,” kata Albert.

Jadi, platform pintar yang disuguhkan oleh Volantis ini bukan sekadar software seperti Microsoft Excel saja, tapi berisi gabungan solusi digital yang memiliki fungsinya masing-masing sesuai kebutuhan si klien, seperti analytic tools, data warehouse, hingga Volantis Xplorer yang bisa ‘menyulap’ data ke dalam bentuk grafik.

Kadang, perusahaan sering berpikir kalau transformasi digital itu bakal mengubah cara kerja dan malah mengakibatkan ‘gagap teknologi’ karena berbagai tools baru yang siap menggantikan cara konvensional.

Hal ini sudah diminimalisir oleh Volantis.

“Kita gak mau lah, memberi solusi digital tapi malah bikin susah. Platform yang kita bikin itu bukan untuk membuat perusahaan jadi mengerjakan semuanya dari nol lagi, tapi justru pakai teknologi yang bisa drag and drop data. Sepraktis dan semudah itu, bukan yang njelimet,” ungkap Albert.

Sejauh ini, Volantis sudah menyediakan solusi Big Data untuk 16 klien yang tersebar di Indonesia, mulai dari perusahaan swasta, BUMN, hingga institusi pemerintahan. Di tahun 2020 ini, Volantis telah meluncurkan solusi baru bernama Volantis Cloud, namun masih versi beta, sebagai teknologi komputasi awan yang sifatnya berbayar.

Sebelum pivot menjadi Volantis, Kofera bergabung di Indigo Creative Nation pada 2016, program startup accelerator yang dibangun PT Telkom. Saat itu, Kofera terdaftar di batch pertama dan setelah melalui proses inkubasi, Kofera berhasil keluar sebagai best startup Indigo.

populerRelated Article